Foto di Pelataran Masjid Nabawi Maret 2014 |
AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA
1.
Pengertian Agama
Di
Indonesia, kata agama mula-mula lebih dipopu-lerkan oleh sebagaian penulis,
bahwa agama berasal dari bahasa Sansekerta
yakni, a berarti tidak, dan gama berarti
kacau. Argumentasi itu
mengisaratkan, bahwa agama dapat menghindarkan manusia dari kekacauan serta
mengantar manusia dalam kehidupan yang tertib
dan teratur.
Pandangan lain, agama berasal dari bahasa Indo
Germania, yang darinya lahir kata go
dalam bahasa Inggris, gaan dalam dalam bahasa Belanda,
dan gein
dalam bahasa Jerman, yang
kesemuanya mengacu kemakna jalan. Pengkajian huruf a pada awal kata agama
menjadikannya sebagai kata benda, sehingga “agama”
adalah jalan yang
mengantar manusia menuju kebahagiaan duniawi
dan ukhrawi (M.
Quraisy Shihab, 2005:21).
Lebih
lanjut Prof. Dr. M. Quraisy Shihab mengu-raikan, di Bali dikenal istilah
agama, igama dan ugama. Agama menurut istilah ini mencerminkan peraturan yang mengatur
hubungan manusia dengan
penguasa, igama adalah yang mengatur
hubungan manusia dengan
tuhan dan/atau dewa-dewa mereka, sedang ugama adalah ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya.
Menurut Prof. KH. Ali Yafie, kata agama
sejalan dengan bahasa Arab
Hadramaut Selatan Jazirah
Arabia, diucapkan agama yang maknanya adalah menetap. Agama itu “menetap”. Beragama Islam berarti menetap di dalam Islam. Kalau hanya
sekali-sekali melaksanakan tuntunan Islam, maka berarti yang bersangkutan tidak
dapat dinamai beragama Islam.
Kata din dalam bahasa al-Quran, seringkali diper-samakan
dengan kata agama. Kata tersebut terdiri dari 3 huruf hijaiyah yaitu, dal, ya dan nun. Bagaimanapun kita membacanya, maknanya selalu
mendeskripsikan hubungan antara dua pihak, yang satu lebih tinggi dari yang
lain. Seperti dain yang berarti hutang, atau din yang
berarti balasan dan kepatuhan. Maka din adalah hubungan antara manusia dengan Allah swt.
Filosof Inggris John Locke (1632-1704M) memberi
kementar, bahwa menentukan definisi agama pun tidak mudah kalau enggan berkata
“mustahil” bagi ilmu yang ingin memberi batasan yang tepat, “agama bersifat
khusus, pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi selainku, memberi
aku petunjuk itu”.
Sementara Seneque (2-66M) menggambarkan, bahwa agama adalah
“pengetahuan tentang Tuhan dan upaya meneladaninya”. Agama pengabdian
kemanusiaan, kata Agust Comte (1798-1557). Ber-agama adalah menjadikan semuanya
sebagai kewajiban kita, berarti perintah-perintah Tuhan yang suci harus
dilaksanakan, demikian menurut Immanuel
Kant (1724-1804).
Para pakar muslim umumnya berpandangan bahwa agama adalah sekumpulan
petunjuk Ilahi yang disampaikan melalui Nabi dan Rasul
untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia dan mengantar mereka meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pada akhirnya kita dapat berkata bahwa agama adalah hubungan yang
dirasakan antara jiwa manusia dan satu kekuatan yang Maha Dahsyat dengan
sifat-sifat-Nya, yang amat indah dan sempurna mendorong jiwa itu mengabdi dan
mendekatkan diri kepada-Nya, baik karena takut maupun karena dorongan kagum dan
cinta.
Menurut Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, 2005;23), untuk dapat
dinamai beragama, paling tidak tiga hal harus dipenuhi, yaitu:
Pertama: Merasakan dalam jiwa tentang kehadiran satu
kekuatan yang Maha Agung, yang menciptakan dan mengatur alam raya. Dalam bahasa
agama Islam, ini adalah keyakinan tentang wujud Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua: Lahirnya dorongan dalam hati untuk melakukan
hubungan dengan itu, hubungan yang nampak ketaatan melaksanakan apa yang
diyakini sebagai perintah atau kehendak-Nya. Ini adalah ibadah.
Ketiga: Meyakini bahwa yang Maha Agung itu Maha Adil, sehingga pasti akan memberi balasan dan
ganjaran sempurna pada satu waktu yang ditentukan-Nya. Dengan kata lain,
kepercayaan tentang adanya hari Kemudian.
terimakasi sangat bagus
BalasHapusMy blog
My Campus"