Pages

Selasa, 29 September 2015

Kajian Pengertian Agama

Foto di Pelataran Masjid Nabawi Maret 2014

 
AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA
 
1.        Pengertian Agama
Di Indonesia, kata agama mula-mula lebih dipopu-lerkan oleh sebagaian penulis, bahwa agama berasal dari bahasa Sansekerta yakni, a berarti tidak, dan gama berarti kacau. Argumentasi itu mengisaratkan, bahwa agama dapat menghindarkan manusia dari kekacauan serta mengantar manusia dalam kehidupan yang tertib dan teratur. Pandangan lain, agama berasal dari bahasa Indo Germania, yang darinya lahir kata go dalam bahasa Inggris, gaan dalam dalam bahasa Belanda, dan gein dalam bahasa Jerman, yang kesemuanya mengacu kemakna jalan. Pengkajian huruf a pada awal kata agama menjadikannya sebagai kata benda, sehingga “agama” adalah jalan yang mengantar manusia menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (M. Quraisy Shihab, 2005:21).
Lebih lanjut Prof. Dr. M. Quraisy Shihab mengu-raikan, di Bali dikenal istilah agama, igama dan ugama. Agama menurut istilah ini mencerminkan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan penguasa, igama adalah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan dan/atau dewa-dewa mereka, sedang ugama adalah ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.
Menurut Prof. KH. Ali Yafie, kata agama sejalan dengan bahasa Arab Hadramaut Selatan Jazirah Arabia, diucapkan agama yang maknanya adalah menetap.  Agama itu “menetap”. Beragama Islam berarti menetap di dalam Islam. Kalau hanya sekali-sekali melaksanakan tuntunan Islam, maka berarti yang bersangkutan tidak dapat dinamai beragama Islam.
Kata din dalam bahasa al-Quran, seringkali diper-samakan dengan kata agama. Kata tersebut terdiri dari 3 huruf hijaiyah yaitu, dal, ya dan nun. Bagaimanapun kita membacanya, maknanya selalu mendeskripsikan hubungan antara dua pihak, yang satu lebih tinggi dari yang lain.  Seperti dain yang berarti hutang, atau din yang berarti balasan dan kepatuhan. Maka din adalah hubungan antara manusia dengan Allah swt.
Filosof Inggris John Locke (1632-1704M) memberi kementar, bahwa menentukan definisi agama pun tidak mudah kalau enggan berkata “mustahil” bagi ilmu yang ingin memberi batasan yang tepat, “agama bersifat khusus, pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi selainku, memberi aku petunjuk itu”.
Sementara Seneque (2-66M)  menggambarkan, bahwa agama adalah “pengetahuan tentang Tuhan dan upaya meneladaninya”. Agama pengabdian kemanusiaan, kata Agust Comte (1798-1557). Ber-agama adalah menjadikan semuanya sebagai kewajiban kita, berarti perintah-perintah Tuhan yang suci harus dilaksanakan, demikian menurut Immanuel Kant (1724-1804).
Para pakar muslim umumnya berpandangan bahwa agama adalah sekumpulan petunjuk Ilahi yang disampaikan melalui Nabi dan Rasul untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia dan mengantar mereka meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pada akhirnya kita dapat berkata bahwa agama adalah hubungan yang dirasakan antara jiwa manusia dan satu kekuatan yang Maha Dahsyat dengan sifat-sifat-Nya, yang amat indah dan sempurna mendorong jiwa itu mengabdi dan mendekatkan diri kepada-Nya, baik karena takut maupun karena dorongan kagum dan cinta.
Menurut Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, 2005;23), untuk dapat dinamai beragama, paling tidak tiga hal harus dipenuhi, yaitu:
Pertama: Merasakan dalam jiwa tentang kehadiran satu kekuatan yang Maha Agung, yang menciptakan dan mengatur alam raya. Dalam bahasa agama Islam, ini adalah keyakinan tentang wujud Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua: Lahirnya dorongan dalam hati untuk melakukan hubungan dengan itu, hubungan yang nampak ketaatan melaksanakan apa yang diyakini sebagai perintah atau kehendak-Nya. Ini adalah ibadah.
Ketiga: Meyakini bahwa yang Maha Agung itu Maha  Adil, sehingga pasti akan memberi balasan dan ganjaran sempurna pada satu waktu yang ditentukan-Nya. Dengan kata lain, kepercayaan tentang adanya hari Kemudian.








1 komentar: