Pages

Selasa, 02 Desember 2014

Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Berbasis al-Qur'an



 TIGA LANDASAN POKOK KAJIAN

1.   Pandangan ontologi berbasis Al-Qur’an melihat realitas bertitik tolak dari adanya Allah swt. sebagai pencipta dan adanya selain dirinya sebagai ciptaan. Dengan demikian status ontologis dari seluruh objek ilmu adalah akibat dari keterciptaannya sebagai objek yang berdimensi syahādah (fisik) dan atau berdimensi gāib (metafisik).
2.      Pandangan epistemologi berbasis Al-Qur’an terdiri atas sub-sub pandangan sebagai berikut:
a.   Sumber ilmu hanyalah Allah swt. yang menciptakan dan memiliki ilmu seluruh ciptaan-Nya, dan ilmu-ilmu yang berkembang dari ilmu milik-Nya. Allah swt. sebagai sumber ilmu karena hanya Dia yang tidak pernah tidak memiliki ilmu, sebagai syarat bagi sesuatu disebut sebagai sumber ilmu.
b.      Sarana-sarana untuk memperoleh ilmu adalah satu kesatuan fakultas-fakultas pengetahuan pada diri manusia yang meliputi (1) indera lahir (2) otak dan (3) qalb. Ketika qalb menjalankan fungsinya sebagai indera bāṭiniyyah, maka Al-Qur’an menyebutnya sebagai fuād. Ketika qalb menjalankan fungsinya untuk memahami hasil penalaran, maka al-Qur’an menamakannya dengan ‘aql. Ketika qalb melaksanakan fungsi menghayati kebesaran Allah swt. dalam hubungannya dengan seluruh ciptaan-Nya, maka al-Qur’an menamainya sebagai lubb.
c.   Metodologi memperoleh ilmu berbasis Al-Qur’an adalah (1) metode tajrī  (eksperimen), (2) burhānī (argumentasi) dan (3) ‘irfānī (intuisi). Verifikasi kebenaran ilmu yang d iperoleh dengan metodologi tersebut dilakukan secara proporsional dan menurut metodologinya, yaitu (1) teori korespondensi, (2) teori koherensi dan (3) teori pragmatis.
3.   Pandangan aksiologi berbasis Al-Qur’an dibangun dengan titik tolak tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah swt., sehingga memiliki tuntutan logis penggunaan ilmu untuk beribadah kepada Allah. Konsekuensi dari tujuan berilmu tersebut sejalan dengan sifat intrinsik objek-objek ilmu itu sendiri yang diciptakan oleh Allah swt. tidak sia-sia, tapi untuk kebaikan. Dengan demikian, men  urut hakikatnya ilmu tidak bebas nilai. Pandangan aksiologi ini juga berdampak pada peningkatan kapasitas sesorang dalam proses keilmuan.

0 komentar:

Posting Komentar