Pages

Minggu, 07 Desember 2014

Jenis Pengetahuan




Jenis Pengetahuan

Beranjak  dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Buharnuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik.
Dengan common sense, sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat mengenyangkan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya.[1]
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.[2]
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common science, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif (obyektif thingking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melelui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu obyektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subyektif), karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.
Ketiga, pengeathuan filsafat, yakni pemikiran yang diperoleh yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
  Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya dipertoleh dari Tuhan lewat para Rasul-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertical dan cara hubungan dengan sesama manusia, yang lazim juga disebut dengan hubungan horizontal. Pengetahuan agama yang lebih penting informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang hari akhir (Akhirat). Iman kepada hari akhirat merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pengamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup setelah mati karenanya masih dibutuhkan.
  Mengelaborasi jenis-jenis pengetahuan yang telah dikemukakan oleh Buharnuddin Salam, maka penulis memahami bahwa pengetahuan menurut jenisnya ada empat, yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, pengetahuan agama.



 















2.     Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu
Mengelaborasi sejumlah pengertian yang dikemu-kakan para ilmuan, sering ditemukan kerancuan antara pengertian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata mejemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai tulisan yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Namun jika kedua kata itu berdidri sendiri-sendiri, akan tampak perbedaan antara keduanya.[3]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan.[4] Dari asal katanya, dapat diketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari bahasa Arab ilm.[5]
Beberapa definisi yang telah disebutkan sebelumnya, pada definisi berikut pun tidak jauh berbeda, pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek tertentu. Perbedaan dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indara maupun lewat akal, dapat pula obyek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.[6]
Upaya dalam memperjelas pemahaman, perlu juga dibedakan antara pengetahuan yang sifatnya prailmiah.
Dengan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat prailmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat ilmiah pada umumnya. Sebaliknya, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat-syarat ilmiah. Pengetahuan pertama disebut pengetahuan biasa, pengetahuan kedua disebut disebut pengetahuan ilmiah.[7]
       Adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah: harus memiliki obyek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (harus runtut). Di samping pengetahuan ilmiah harus memiliki metode tertentu dengan sifatnya yang umum. Metode itu meliputi metode deduksi, induksi, dan analisis.[8]
       Setelah dikemukakan beberapa pengertian pengeta-huan, selanjutnya dikemukakan beberapa pengertian ilmu sebagai bahan perbandingan. Dalam Encyclopedia Americana, dijelaskan bahwa ilmu (science) adalah pengetahuan yang bersiaft positif dan sistematis.[9]
       The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari buku The Principles of Sciencetific Research memberi batasan ilmu sebagai berikut:
Ilmu adalah suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan mengubah sifat-sifatnya sendiri.[10]
Carles Siregar merumuskan, ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan.[11] Dalam arti umum , ilmu sering dijadikan pembeda, umpamanya untuk membedakan antara disiplin Ilmu Pengetahuan Alam Sementara itu, Jujun dalam buku Ilmu dalam Perspektif menulis: “…ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsikan.[12]
Perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan dapat ditelusuri dengan melihat perbedaan ciri-cirinya. Herbert L. Searles memperlihatkan ciri-ciri tersebut sebagai berikut:“Kalau ilmu berbeda dengan filsafat berdasarkan empiris, maka ilmu berbeda dari pengetahuan biasa karena cirri sistematisnya”.[13]
Berdasarkan sejumlah keterangan di atas, dapat disim-pulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sifat sistematik dan cara memperolehnya. Perbedaan tersebut menyangkut pengetahuan prailmiah atau pengetahuan biasa, sedangkan pengetahuan ilmiah dengan ilmu tidak mempunyai perbedaan yang berarti.
Dalam perkembangannya lebih lanjut di Indonesia, pengetahuan disamakan dengan artinya dengan ilmu. Hal ini dapat dilihat dari pendapat-pendapat berikut: Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alima (ia telah mengetahui). Kata jadian ilmu berarti pengetahuan.[14]
Berdasarkan  uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam bahasa, pengetahuan dan ilmu bersinonim arti, sedang dalam arti material, keduanya mempunyai perbedaan.


         [1]Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta Bumi Aksara. 2000), Cet. IV, h. 6.
         [2]Burhanuddin Salam, op. cit., h. 30.
         [3]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: RajaGrafindo, 2004), Cet. IX, h. 89.
         [4]Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 20002).
         [5] Miska Muhammad Amin, Epistemologi Islam, Jakarta UI Press, 1983), h. 3.
         [6]Ibid., h. 4
         [7]Amsal Bakhtiar, op. cit., h. 90.
         [8]Ibid., h. 4.
         [9]Encyclopedia Americana, (USA: Amerika Co., 1972), vol. 24, h. 413.
         [10]The Liang Gie, Pekerjaan Umum, Keinsinyuran, dan Administrasi Pemerintahan, (Yogyakarta: Karya Kencana, 1977), h. 163-164.
         [11]Ibid.
         [12]Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: PT. Grame-dia, 1981), h. 9.
         [13] The Liang Gie,  op. cit., h. 168.
         [14]Sidi Gazalba, Islam Integrasi Ilmu dan Kebudayaan, (Jakarta: Tinta Mas,1967), h. 2.



0 komentar:

Posting Komentar