Macam-macam Gaya
(a) Gaya Inversi, yaitu memutar balikkan
susunan kata-kata yang normal dari suatu frase atau kalimat. Misalnya: “Pada
waktu shalat subuh, hanya beberapa gelintir orang yang mendatangi masjid”. Diputar
balikkan menjadi: Hanya beberapa gelintir orang yang mendatangi masjid pada
waktu shalat subuh. Di sini penekanan yang penting, harus didengar dan diketahui
adalah “hanya beberapa gelintir orang”.
(b) Gaya
Repetisi, yaitu seorang pembicara
memberi taushiyah dengan mengulang-ulang kata-kata yang dianggap penting.
Tujuannya adalah untuk mengingat-ingat serta penekanan. Contohnya, seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah pada waktu haji wada’ dengan kata-kata: ”Tahukah
kalian… sampai tiga kali. Dengan mengulang-ulang kata, yang diamksudkan
dapat meresap dalam hati untuk kemudian dihayati.
(c) Gaya
iterasi, yaitu seorang motivator, da’i yang orator menggunakan bunyi
(biasanya konsonan awal) yang sama atau lebih kata atau suku kata yang
berdekatan untuk menimbulkan efek yang menyolok atau tidak umum. Misalnya: kaya
omelan, tetapi miskin amalan, banyak pengakuan, tetapi sedikit kelakuan, kaya
harapan, tetapi miskin garapan, kaya cita-cita tetapi miskin realita, pandai
mengejek, tetapi tidak pandai mengajak, janjinya meyakinkan, kenyataannya
menyakitkan.
(d) Gaya
Personifikasi, yakni menghubungkan kualitas manusia dengan
benda-benda mati. Sebagai misal: kehadiran dia pada forum pembahsan ini hampir
tidak ada gunanya, karena “adanya dengan tidak adanya sama saja”(wujuduhu
ka’adamihi), hatinya keras bagai batu. Atau contoh lain “Dirinya tak jauh
bedanya dengan boneka, atau ibarat wayang, dimana gerak dan langkahnya ditentukan
oleh sang dalang”. Kualitas kebenarannya tak jauh bedanya dengan itik, dihalau
orang ke hilir dan ke mudik. Hanya dengan aba-aba sepotong kayu, ia sudah lari
terbirit-birit menelusuri parit.
(e) Gaya Metafora, yakni membuat
perbandingan yang tersirat. Al-Qur’an juga banyak menggunakan gaya metafora,
sebagai missal QS. al-A’raf:179.
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya kami
jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai,.[1]
(f) Gaya Suspensi, ialah merupakan
kata-kata yang dipandang penting yang diletakkan pada akhir ceramah atau
khutbah sebagai kata kunci, agar mudah diingat-ingat.. sebagai misal: seorang
khatib mengakhiri khutbahnya dengan ucapan “Barang siapa yang hari ini lebih
baik dari hari kemarin, maka termasuk orang yang beruntung”. Atau juga guna memotivasi agar memberi
kesan yang baik terhadap lingkungan sekitar dalam perjalanan hidupnya,
meng-gunakan pesan:
“Wahai putera Adam, disaat ibumu melahirkan kamu menangis, sedangkan orang-orang disekitarmu semua tertawa kegirangan.
Maka jadilah kebalikannya nanti, ketika
mereka menangis di saat menjelang kematianmu, engkau tersenyum
kegirangan”.
Di smaping itu, gaya lisan biasanya juga lebih personal.
Pada saat kita sedang menjadi
pembicara, kita harus melihat khalayak, mempertahankan kontak dengan mereka.
Dalam dakwah lisan, beraneka ragam bentuknya. Pada akhir-akhir
ini berkembang dalam bentuk seminar, diskusi, bahtsul masail, pertemuan
terbatas atau bersifat khususi. Secara garis besar dapat ditarik perbedaan
antara retorika (pidato biasa) dengan yang bersifat khususi atau
berbentuk presentasi.
0 komentar:
Posting Komentar