Pages

Kamis, 11 Desember 2014

Terjemah doa sebelum dan sesudah perkuliahan UMI



prayer start lecturing
umi engineering faculty
prayer end of the course
guided by the head of the class or its representative




doa memulai perkuliahan
fakultas teknik umi
doa akhir perkuliahan
dipandu oleh ketua kelas atau yang mewakili

Macam-macam gaya dakwah






Macam-macam Gaya 
(a)  Gaya Inversi, yaitu memutar balikkan susunan kata-kata yang normal dari suatu frase atau kalimat. Misalnya: “Pada waktu shalat subuh, hanya beberapa gelintir orang yang mendatangi masjid”. Diputar balikkan menjadi: Hanya beberapa gelintir orang yang mendatangi masjid pada waktu shalat subuh. Di sini penekanan yang penting, harus didengar dan diketahui adalah “hanya beberapa gelintir orang”.
(b) Gaya Repetisi, yaitu seorang pembicara memberi taushiyah dengan mengulang-ulang kata-kata yang dianggap penting. Tujuannya adalah untuk mengingat-ingat serta penekanan. Contohnya, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah pada waktu haji wada’ dengan kata-kata: ”Tahukah kalian sampai tiga kali. Dengan mengulang-ulang kata, yang diamksudkan dapat meresap dalam hati untuk kemudian dihayati.
(c) Gaya iterasi, yaitu seorang motivator, da’i yang orator menggunakan bunyi (biasanya konsonan awal) yang sama atau lebih kata atau suku kata yang berdekatan untuk menimbulkan efek yang menyolok atau tidak umum. Misalnya: kaya omelan, tetapi miskin amalan, banyak pengakuan, tetapi sedikit kelakuan, kaya harapan, tetapi miskin garapan, kaya cita-cita tetapi miskin realita, pandai mengejek, tetapi tidak pandai mengajak, janjinya meyakinkan, kenyataannya menyakitkan.
(d) Gaya Personifikasi, yakni menghubungkan kualitas manusia dengan benda-benda mati. Sebagai misal: kehadiran dia pada forum pembahsan ini hampir tidak ada gunanya, karena “adanya dengan tidak adanya sama saja”(wujuduhu ka’adamihi), hatinya keras bagai batu. Atau contoh lain “Dirinya tak jauh bedanya dengan boneka, atau ibarat wayang, dimana gerak dan langkahnya ditentukan oleh sang dalang”. Kualitas kebenarannya tak jauh bedanya dengan itik, dihalau orang ke hilir dan ke mudik. Hanya dengan aba-aba sepotong kayu, ia sudah lari terbirit-birit menelusuri parit.
(e)   Gaya Metafora, yakni membuat perbandingan yang tersirat. Al-Qur’an juga banyak menggunakan gaya metafora, sebagai missal QS. al-A’raf:179. 

Terjemahnya: 
Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai,.[1]
(f)  Gaya Suspensi, ialah merupakan kata-kata yang dipandang penting yang diletakkan pada akhir ceramah atau khutbah sebagai kata kunci, agar mudah diingat-ingat.. sebagai misal: seorang khatib mengakhiri khutbahnya dengan ucapan “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka termasuk orang yang beruntung”. Atau juga guna memotivasi agar memberi kesan yang baik terhadap lingkungan sekitar dalam perjalanan hidupnya, meng-gunakan pesan:
“Wahai putera Adam, disaat ibumu melahirkan kamu menangis, sedangkan orang-orang disekitarmu semua tertawa kegirangan.
Maka jadilah kebalikannya nanti,  ketika  mereka   menangis di saat menjelang kematianmu, engkau tersenyum kegirangan”.

Di smaping itu, gaya lisan biasanya juga lebih personal.  Pada saat kita sedang menjadi pembicara, kita harus melihat khalayak, mempertahankan kontak dengan mereka.
Dalam dakwah lisan, beraneka ragam bentuknya. Pada akhir-akhir ini berkembang dalam bentuk seminar, diskusi, bahtsul masail, pertemuan terbatas atau bersifat khususi. Secara garis besar dapat ditarik perbedaan antara retorika (pidato biasa) dengan yang bersifat khususi atau berbentuk presentasi.


[1]Lihat Deparetemen Agama RI, op.cit., 233.

Instrumen dakwah dan persiapan dakwah

Macam-macam Instrumen Dakwah



A.       Instrumen Lisan,
B.       Instrumen Amalan,
C.       Instrumen Lukisan, 
D.  Instrumen Audio
E.       Instrumen Audio visual dan
F.        Instrumen Tulisan


Persiapan Dakwah
Berdasarkan model persiapan ceramah dapat dibedakan menjadi 4(empat) jenis yaitu:
1.        Impromtu
2.        Manuskrip
3.        Memoriter 
4.        Ekstempore
1.  Impromtu, adalah ceramah  yang sifatnya mendadak tanpa persiapan, jadi kalaupun ada, persiapannya bersifat spontan dan sebentar sekali. Misalnya anda sedang menghadiri sebuah pesta, tiba-tiba anda diminta untuk menyampaikan ceramah (biasanya sebagai kehormatan tersendiri bagi anda dan kebanggaan tersendiri bagi hadirin). Ceramah seperti ini disebut ceramah Impromtu, ceramah yang waktu persiapannya sangat sebentar sehingga menuntut banyak improvisasi dalam penyampaian.
Untuk para dai yang masih pemula, cara impromtu ini sebaiknya dihindari. Karena besar kemungkinan cara ini bisa mengakibatkan demam panggung (karena merasa kurang atau tidak siap); ceramah jadi terbata-bata hingga bisa juga sampai kacau. Lain halnya bagi mereka yang sudah pengalaman (senior), cara impromtu ini biasanya membawa berkah tersendiri. Kalaupun cara ini bukan atas keinginan dai itu sendiri, melainkan karena permintaan mendadak, namun ia bisa juga membawa berbagai keuntungan. Pertama, ceramah impromtu lebih orisinal dalam arti lebih dapat mengungkapkan perasaan penceramah yang sebenar-nya, karena ia tidak bisa memikirkan terlebih hulu materi yang disampaikannya. Dan kedua, materi ceramahnya bisa jadi lebih segar dan hidup sesuai dengan situasi yang dihadapi, karena muncul secara spontan.
2.   Manuskrip, ini adalah ceramah dengan persiapan makalah. Jadi ceramah anda berusaha dulu membuat makalah yang baik, dan sewaktu menyampaikannya, anda akan berpatokan pada makalah yang telah dipersiapkan itu.

Tapi bagi dai yang sudah berpengalaman, terkadang makalah tidak terlalu dijadikan pegangan ketika mempre-sentasikan ceramahnya. Meski makalah itu sudah dibuat sedemikian matang, namun dalam penyampaiannya ia lebih menekankan pada improvisasi sesuai dengan tantangan situasi dan kondisi. Hal ini mengingat bahasa lisan (penyampaian ceramah), bagaimanapun memiliki perbedaan dengan bahasa tulisan seperti makalah.
1.        Memoriter,  pesan ceramah jenis ini ditulis kemudian diingat kata perkata. Jadi cara persiapannya adalah dengan mengingat kata demi kata. Kelebihan cara ini memungkinkan pemilihan ungkapan yang lebih tepat, susunan materi yang rapi, gerak dan isyarat yang disesuaikan dengan laju uraian. Tapi karena pesan sudah tetap, maka kekakuan terhadapnya dapat mengakibatkan kurang terjalinnya kontak antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, serta tidak leluasa berimprovisasi sesuai dengan tantangan yang ada (misalnya celetukan orang yang sebenarnya perlu disambar dengan sesuatu yang pas dan lucu, adanya yang ngantuk dan sebagainya), bahkan perhatian bisa beralih dari makna kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya terbesar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan.
 
Cara ini biasanya digunakan untuk latihan dai-dai cilik yang dilatih sebagai calon dai. Karena mereka sebenarnya belum punya pendapat atau pendirian yang matang, mengenai berbagai masalah atau ajaran agama, maka jalan yang termudah buat mereka adalah dengan jalan menghafal materi yang sudah diberikan. Pelatih para dai kecil ini boleh jadi sekaligus merangkap jadi pemberi materi.

                    Kalau kita nonton Pildacil belakangan di Lativi, segera tampak bahwa ceramah para da’i-da’i itu antara lain lewat latihan menghafal. Ini misalnya terlihat antara lain dari materi-materi dan dari segi umur, tidak mungkin dilontarkan anak sekecil mereka, seperti tentang tawuran di DPR, tawuran mahasiswa, kritik atas berbagai masalah sosial dan seterusnya.

2.    Ekstempore, adalah jenis ceramah yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh da’i yang mahir. caranya, ceramah sudah dipersiapkan sebelumnya berupa out-line (garis besar) dan pokok-pokok penunjang bahasan (supporting points).

       Tetapi penceramah tidak beruasaha mengingatnya kata demi kata. Out-line itu hanya merupakan pedoman untuk mengatur (memetakan) gagasan yang ada dalam pikiran kita. Keuntungan ekstempore ini ialah komunikasi pendengar dengan penceramah lebih baik karena pence-ramah berbicara langsung kepada pendengar, pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan.
 

Pembagian dakwah / klasifikasi dakwah


Bentuk atau jenis dakwah


Prinsip dasar dakwah dalam bentuk wujudnya dapat diklasifikasi dalam tiga kategori yaitu: (1) dakwah bi al-Lisan, yaitu pesan dakwah yang disampaikan secara lisan atau ucapan langsung, misalnya khotbah Jumat, ceramah ta’ziah, nasehat pernikahan (2) dakwah bi al-Hal, yaitu pesan dakwah melalui perbuatan langsung (keladanan) yang dimungkinkan dapat dilihat dan ditiru atau diikuti oleh orang lain, misalnya senebar senyum, menampilkan bahasa tubuh yang sopan dan melakukan kebajikan di depan umum (3) dakwah bi al-Qalam, yaitu pesan dakwah yang disampaikan secara tertulis di suatu media, misalnya buletin, majalah, koran dan sebagainya.