Pages

Minggu, 21 Juli 2013

Epistemologi dakwah






EPISTEMOLOGI  (TEORI)  DAKWAH]
 



A.  Epistemologi Berbicara di Depan Umum
1.        Lebih mengutamakan berbicara dengan hati.
      Maksudnya, dalam berbicara di depan umum jangan terpaku pada pokok bahasan yang dibawakan dan arahan yang disusun. Penekanan berbicara dengan hati jauh lebih enak dan nyaman dibanding harus berbicara dengan penuh konsentrasi hanya pada gaya bahasa. Orang lebih nyaman mendengar percakapan ketika pembicara berbicara dalam kondisi bebas dan tidak dipaksakan.
2.        Kuasai tatap pandang mata dengan audiens.
       Ketika berbicara, jangan memandang hanya kepada satu titik. Biarkan tatap pandang dan/atau mata menjelajah kemana-mana untuk mengetahui intensitas ketertarikan audiens. Apabila anda menangkap sinyal audiens agak kurang perhatian, anda bisa menekankan pandangan anda pada dirinya, dan lebih baik lagi jika bahasa tubuh anda mengarah kepadanya agar ia merasa diperhatikan.
3.   Intonasi suara harus dinamis.
      Suara yang datar tidak berirama membuat audiens menjadi bosan dan ingin tidur. Demikian pula suara yang tinggi dan memekakkan telinga membuat saraf pendengaran audiens menjadi terganggu.
       Dinamiskan suara dan kendalikan suara anda pada titik nyaman anda ketika berbicara. Intonasi yang dipaksakan akan membuat anda tidak nyaman dalam berbicara.
4.   Bahasa tubuh harus sesuai penekanan masalah.
      Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika manusia mendengar, ternyata jauh lebih banyak menggunakan matanya dibanding telinganya. Coba anda membaca buku sambil mendengar musik, hapalkan lirik musik tersebut sambil membaca buku dengan suara yang nyaring dipastikan anda mengalami kesulitan, tetapi coba anda hapalkan isi buku sambil mendengarkan musik, tentu jauh lebih mudah., artinya, apa yang sebenarnya ditangkap pendengaran audiens dalam percakapan sebenarnya adalah apa yang mereka lihat, baru apa yang mereka dengar. Karenanya lakukan bahasa tubuh yang tepat.
5.    Perluas pengetahuan, wawasan dan bahasa.
      Mengemas pembicaraan untuk menjadi lebih menarik adalah penting, sekalipun pembicaraan tentang hal-hal yang sangat membosankan. Artinya, seorang pembicara yang baik harus memiliki pengetahuan, wawasan dan bahasa yang baik,  agar pembicaraan dapat terdengar lebih menarik.

B.     Epistemologi MC (Master of Ceremony)
      Suksesnya suatu acara sangat ditentukan oleh variabel yang mendukung acara tersebut, salah satu variabel yang sangat penting adalah MC (Master of Ceremony). Menjadi seorang MC yang baik tentunya membutuhkan pengetahuan dan kemampuan khusus.


Karakteristik MC yang baik
1.    Suara dan teknik berbicara
a.         Teknik memproduksi suara
1)        Speed, standar kecepatan suara harus disesuaikan.
2)        Volume, suara yang dihasilkan harus bulat.
3)        Tone, tinggi rendahnya suara, agar audience tidak merasa bosan.
4)        Timbre (jenis nada), suara yang ekspresif akan sangat mudah mempengaruhi audience.
5)        Power, kekuatan suara yang dihasilkan harus tepat dan sesuai dengan pemakaian kata.
6)        Breath (nafas), berbicara dengan nafas perut, karena suara yang dihasilkan lebih dalam, power lebih kuat dan lebih terasa nikmat untuk didengar.

b.     Teknik berbicara
1)        Intonasi, sebaiknya suara tidak datar, tetapi berirama.
2)        Artikulasi, setiap kata yang diucapkan haruslah jelas benar, sehingga mudah dipahami.
3)        Phrasing, (penyusunan kata) dalam berbicara sebaiknya memberikan jedah (spasi) agar dapat dimengerti.
4)        Stressing, memberikan energi dalam suara, agar tidak menimbulkan kesan loyo.
5)        Infleksi, lagu kalimat, perubahan nada suara, hindari pengucapan yang sama bagian setiap kata (redundancy). Inflesi naik menunjukkan adanya lanjutan kalimat atau menurun untuk menunjukkan akhir kalimat. Semakin sering training MC akan membuat anda menjadi terbiasa.
2.      Menciptakan suasana dengan suara:
a.    Acara Resmi     
 Speed             : Natural-lambat
 Tone              : Rendah
 Volume          : Kuat
 Power            : Kuat
 Timbre           : Khidmat, serius
b.   Acara Hiburan
       Speed      :  Kadang agak cepat
Tone       
            :  Fluktuatif
Volume    :  Kuat
Power     
            :  Kadang-kadang kuat
Timbre    
            :  Khidmat, serius
3.        Penampilan
Harus disesuaikan dengan penyelenggaraan dan karakte-ristikacara, termasuk penggunaan/ pemakaian busana. Misalnya, MC pada pernikahan pengantin yang menggunakan pakaian adat, maka sebaiknya MCnya menggunakan pakaian adat.
4.        Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh yang harus diperhatikan seorang MC
a.         Duduk dengan tubuh tegak, bahu relaks, tangan di atas pangkuan.
b.         Berdiri, untuk wanita membentuk sudut 45°, tegak, dada tegap, bahu relaks, kaki rapat sejajar sedikit miring menyamping kiri, untuk pria kaki sedikit terbuka lurus.
c.         Berjalan, tubuh tegap, bahu relaks dan langkah mantap.

5.        Cara meningkatkan rasa percaya diri
a.         Evaluasi diri
b.         Memperluas wawasan agar tidak canggung dan merasa khawatir bertemu dan berbicara dengan siapa pun.
c.         Memperbaiki penampilan.
6.     Cara mengatasi grogi
a.         Persiapan yang baik.
b.         Datang sebelum jadual acara.
c.         Adaptasi dengan area/kondisi acara.
d.        Relaksasi
7.     Tampil memikat
a.         Eye contact, selalu bertatap mata dengan audience. Jika sedang grogi usahakan pandangan di atas kepala audience. Pada saat menyebut tamu VIP, pandanglah person pejabat tersebut.
b.         Opening touch, pada saat audience belum siap untuk memulai acara, MC dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mencairkan suasana dengan opening touch yang berbentuk lelucon, pertanyaan, atau pernyataan yang controversial.
c.         Emotional content, untuk menciptakan suasana kebersamaan dan dialogis dengan berupaya agar pembicaraan memiliki emosi yaitu melalui penegasan kata, pengulangan kata, menunda kata, dan memper-panjang kata.
8.    Penguasaan acara, dapat diperoleh melalui:
a.         Melangkah dengan tenang dan yakin
b.         Cari tempat berdiri yang tepat,  dapat dilihat oleh orang seba nyak mungkin.
c.         Berdiri tegak,  jangan posisi membungkuk, miring atau bersandar.
d.        Memulai acara dengan terlebih dahulu memberi salam dengan tulus dan sungguh-sungguh.
e.         Berbicara dengan suara yang cukup jelas, tidak terkesan cepat atau terkesan lambat, jangan monolog tetapi dialog, gunakan intonasi suara yang sesuai.
f.          Ekspresi wajah harus cerah berseri.  Resep: Lupakan diri (tidak self centered).
9.        Etika yang harus diperhatikan seorang MC
a.         Seorang MC tidak harus membacakan susunan acara pada pembukaan acara, kecuali untuk acara resmi.
b.         Seusai pejabat memberikan sambutan pada acara resmi, MC tidak memberikan ucapan terima kasih, komentar atau tanggapan tentang sambutan tersebut.
c.         Bila MC mempersilahkan pejabat untuk menberikan sambutan, sebaiknya MC bergerak meninggalkan mic pada saat yang sama ketika pejabat telah di depan mic.
d.        Jangan memulai acara berikutnya sebelum pejabat yang baru saja selesai memberikan sambutan tiba kembaki di tempat duduknya.
e.         Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer dan kameramen, maka secara formal MC memberi kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan segera akhiri dengan cara yang sama.
f.          Untuk kertas catatan MC, harus mengggu-nakan kertas yang terpotong rapi dengan catatan yang teratur dan jangan mengangkat kertas catatan terlalu tinggi.
g.         Jangan memukul, meniup atau selalu menggerak- gerakkan mic, sebelum dan pada saat berbicara.
C.     Syarat dan Rukun Khutbah Jumat
1.        Syarat-syarat Khutbah Jum’at
a.         Khutbah Jumat didahulukan, setelah selesai dilanjutkan shalat Jum’at tanpa jedah, kecuali iqamah.
b.         Duduk tuma’ninah antara dua khutbah (menurut mazhab Syafiiyah), dan membaca do’a (surah al-Ikhlas).
c.         Khutbah Jumat baru dapat dilaksanakan setelah matahari tergelincir.
2.        Rukun Khutbah Jumat
a.         Membaca hamdalah baik pada khutbah pertama maupun pada khutbah kedua.
b.         Membaca shalawat Nabi baik pada khutbah pertama maupun pada khutbah kedua
c.         Berwasiat untuk taqwa kepada jamaah diutama-kan pada khutbah pertama.
d.        Membaca ayat al-Qur’an, apakah pada khutbah pertama atau pada khutbah kedua.
e.         Membaca do’a untuk kaum muslimin dan muslimat khusus pada khutbah kedua. (Lihat AbdurrahmanAl Jaziri, Al Fiqih ‘Ala Al Madzahib Al ‘Arba’ah, jilid I/390).
D.     Standar Umum Durasi Dakwah bi al-Lisan
·        Khotbah Idul Fitri dan Idul Adha ± 20 menit
·        Khotbah Jumat ± 15 menit
·        Ceramah majlis Taklim ± 20 menit
·        Ceramah ramadhan ± 15 menit
·        Ceramah subuh ramadhan ± 10 menit
·        Ceramah subuh di luar ramadhan ± 7 menit
·        Ceramah dhuhur ± 7 menit
·        Ceramah ta’ziah ± 25 menit
·        Ceramah (nasehat) pernikahan ± 10 menit
·        Ceramah mapacci ± 10 menit
·        Ceramah aqiqah ± 10 menit
·        Ceramah manasik haji ± 20 menit

0 komentar:

Posting Komentar