Pages

Kamis, 29 Oktober 2015

Sekilas Kerukunan Keuarga Luwu Raya

Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKL-Raya) merupakan wadah yang menghimpun para Wija To Luwu dimana saja berada dalam rangka memperkokoh silataruhmi diantara mereka, meningkatkan solidaritas sosial, serta untuk meningkatkan kemampuan Wija To Luwu dalam berbagai lapangan kehidupan. Sebelumnya organisasi ini bernama Kerukunan Keluarga Luwu (KKL), kemudian berubah menjadi KKL Raya pada Musyawarah Besar III DI Makassar pada bulan Juni 2010. Perubahan tersebut didasarkan pada pertimbangan terjadinya pemekaran atau pembentukan daerah otonom pada bekas daerah induk Kabupaten Luwu yang dahulu ibu kotanya Palopo, menjadi Kabupaten Luwu, Kota palopo, Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur. Selain itu, dengan menambahkan kata “Raya” di belakang nama KKL dimaksudkan sebagai simbol pemersatu, kebersamaan dan keutuhan komunitas bagi Wija To Luwu yang berasal dari daerah-daerah yang disebutkan di atas. Kerukunan Keluarga Luwu (KKL) untuk pertama kalinya terbentuk pada 23 Januari 1956 di Kota Makassar dengan Ketua Letkol Almarhum Andi Attas. Kemudian sekitar 15 tahun kemudian, organisasi ini dipimpin oleh H. Andi Baso Rahim. Selanjutnya pada tahun 1998-2010 dipimpin oleh Prof. Dr. H. Mansyur Ramli, MBA dan dari tahun 2010 ini oleh Ir. H. Buhari Kahar Muzakkar, MM. Pada masa kepengurusan Letkol Andi Attas dan H. Andi Baso Rahim, KKL hanya dikenal ada di Makassar sebagai satu-satunya wadah Wija To Luwu yang ada di perantauan. Kemudian seiring dengan perkembangan dinamika keluarga wija to luwu diberbagai kabupaten/kota di indonesia, maka pada masa kepengurusan Prof. Dr. H. Mansyur Ramli, MBA wadah KKL ini juga sudah terbentuk di beberapa daerah lainnya seperti Jakarta, Palu, Kendari, Batam, Gowa, dan Jayapura. Sedang organisasi KKL di Makassar sendiri mengalami perkembangan dengan terbentuknya KKL Luwu, KKL Luwu Utara, KKL Kota Palopo dan KKL Luwu Timur mengikuti perkembangan pemekaran atau pembentukan daerah otonom di wilayah Tanah Luwu. Dengan memperhatikan perkembangan KKL tersebut, maka pada Mubes KKL pertama pada Th 1998, ditetapkanlah pengurus pusat KKL yang berkedudukan di Makassar. Namun demikian, secara organisasi hubungan kordinasi antara KKL pusat dan KKL cabang terutama yang berada diluar pulau sulawesi dirasakan masih cukup lemah. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi kepengurusan KKL Raya sekarang. B. PENGURUS Ketua-ketua KKL sejak berdirinya hingga sekarang, sbb ; 1. Masa kepengurusan Th 1956-1971 Ketua : Kol TNI (Purn) Andi Attas 2. Masa kepengurusan Th 1971 – 1998 Ketua : H. Andi Baso Rahim 3. Masa kepengurusan Th 1998 – 2010 Ketua Umum : Prof. Dr. H. Mansyur Ramli, MBA Ketua harian : Ir. H. Abdul Majid Tahir Sekjen : Drs. H. Anwar M. Diah, MM Bendahara : Drs. H. Mustari Sanusi, Apt 4. Makas Kepengurusan Th 2010 – 2015 Ketua Umum : Ir. H. Buhari Kahar Muzakkar, MM Sekjen : Dr. H. Saleh Suratmi, SH, MH Bendahara : H. Ilham Nur Toadji, SE, MM C. TEMPAT DAN KEDUDUKAN Sesuai Anggaran Dasar KKL Raya Pasal 3, kedudukan Pengrus KKL Raya adalah sebagai berikut : Pengurus Besar berkedudukan di Makassar, Sulawesi Selatan Pengurus Wilayah berkedudukan di ibu kota provinsi Pengurus Cabang berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota Pengurus Komisariat berkedudukan di ibu kota kecamatan D. ORGANISASI Kerukunan Keluarga Luwu Raya saat ini telah tersebar pada berbagai daerah di Indonesia. Diantaranya adalah : KKL Tanah Luwu di Jakarta KKL Raya Wilayah Provinsi Kepulauan Riau KKL Raya Cabang Palu KKL Raya Cabang Kendari KKL Raya Cabang Morowali, Sulteng KKL Raya Cabang Bontang, Kaltim KKL Raya Cabang Balikpapan, Kaltim KKL Raya Cabang Nunukan, Kaltim KKL Raya Cabang Samarinda, Kaltim KKL Raya Cabang Gowa KKL Raya Cabang Pinrang KKL Raya Cabang Mamuju, Sulbar KKL Raya Wilayah Papua KKL Raya Cabang Timika, Papua KKL Raya Cabang Sorong, papua KKL Raya Cabang Marauke, Papua KKL Raya Cabang Palopo di Makassar KKL Raya Cabang Luwu di Makassar KKL Raya Cabang Luwu Utara di Makassar KKL Raya Cabang Luwu Timur di Makassar E. PROGRAM 1. Program Unggulan Musyawarah Besar III KKL Raya 5 Juni 2010 dan Rapat Kerja Pengurus Besar KKL Raya 26 September 2010 telah menetapkan program unggulan untuk priode 5 tahun sebagai berikut : a. Luwu Raya Sikamasei Program ini dimaksudkan untuk menggalang solidaritas Wija To Luwu dalam bentuk dukungan pendanaan minimal Rp. 10.000,- bagi setiap anggota. Pengumpulan dana tersebut diperuntukkan bagi pengembangan pendidikan WiJa To Luwu yang berprestasi serta bantuan bagi warga Luwu yang tertimpa bencana. b. Pembentukan Koperasi Serba Usaha (KSU) Luwu Raya Sejahtera Program ini dimaksudkan sebagai wadah ekonomi Wija To Luwu yang berbasis kebersamaan. Usaha-usaha yang dikelolah oleh KSU Luwu Raya Sejahtera adalah : Unit Simpan Pinjam Perdagangan hasil-hasil pertanian dan perkebunan serta mesin-mesin pertanian. Industri agro Pembangunan perumahan. Pengadaan Sekretariat Tetap c. Pengadaan Sekretariat Tetap Program ini dimaksudkan untuk menyiapkan sekretariat tetap organisasi yang menjadi pusat kegiatan KKL Raya dan menjadi pusat informasi dan komunikasi antar Wija To Luwu. d. Kerjasama Antar Daerah Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten/Kota se tanah Luwu dalam bingkai kebersamaan dalam rangka peningkatan kesejhateraan warga tanah Luwu serta untuk meminimalisir masalah-masalah yang mungkin timbul dalam interaksi wilayah, interaksi sosial dan interaksi ekonomi dalam kawasan regional tanah Luwu. 2. Program Internal Mendorong tumbuh dan berkembangnya wadah KKL Raya di berbagai daerah di tanah air. Membangun sistem informasi dan komunikasi antar pengurus dan antar Wija To Luwu. F. SEKRETARIAT Sekretariat PB KKL Raya adalah di Jl. Urip Sumiharjo, Gedung Karuwisi Trade Centre No A6 Makassar. Gedung sekretariat yang berupa bangunan 3 lantai ini adalah bantuan dari Ibu Emmy Sambo Tallesang, STh (Wakil Bendahara PB KKL Raya) untuk digunakan dalam jangka waktu 1 tahun pemakaian.

Selasa, 20 Oktober 2015

Kumpulan doa

Kumpulan Doa - Doa Islam DOA KESELAMATAN ~AL-BAQARAH 286 : Rabbana la tu-akhidzna in nasina au akhtha’na rabbana wala tahmil ‘alaina ishran kama hamaltahu ‘alalladzina min qablina, rabbana wala tuhammilna ma la thaqata lana bih, wa’fu ‘anna waghfirlana warhamna anta maulana fanshurna ‘alal qaumil kafirin. “ya tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. ya tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. ya tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” 

DOA KETABAHAN~ AL- BAQARAH 250 : Rabbana afrig ‘alaina shabraw wa sabbit aqdaamana wanshurna ‘alal-qaumil-kafiriin “ya tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.”

MENGHINDARI KESESATAN ~ ALI-IMRAN 8 : Rabbana la tuzigh qulubana ba’da iz hadaitana wahab lana mil ladunka rahmah, innaka antal wahab. “ya tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi engkau; karena sesungguhnya engkau-lah maha pemberi (karunia)”.

KEKUATAN IMAN ~ ALI IMRAN 16 : Rabbana innana amanna fagfir lana zunubana wa qina ‘azaban-nar. "ya tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”

KEKUATAN IMAN ~ ALI IMRAN 53 : Rabbana amanna bima anzalta wattaba’nar rasula faktubna ma’asy-syahidin. “ya tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan allah)”.

KESEMPURNAAN CAHAYA IMAN ~ AT-TAHRIM 8 : Rabbana atmin lana nurana wagfir lana innaka ‘ala kulli syai’in qadir. "ya rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya engkau maha kuasa atas segala sesuatu"

KEKUATAN IMAN ~ ALI IMRAN 147 : Rabbanaghfir lana zhunubana wa israfana fi amrina wa sabbit aqdamana wansurna ‘alal qaumil kafirin. “ya tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami[235] dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”

HUSNUL KHATIMAH ~ ALI IMRAN 193-194 : Rabbana innana sami’na munadiyay yunadi lil imani an aminu birabbikum fa-amanna. rabbana faghfirlana zunubana wa kaffir ‘anna sayyi’atina wataffana ma’al abrar. rabbana wa atina ma wa’attana ‘ala rasulika wa la tukhzina yaumal-qiyamah, innaka la tukhliful mi’ad. "ya tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, “berimanlah kamu kepada tuhanmu”, maka kamipun beriman. ya tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. ya tuhan kami, berilah kami apa yang telah engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul engkau. dan janganlah engkau hinakan kami di hari kiamat. sesungguhnya engkau tidak menyalahi janji.”

PENYESALAN ~ AL-A’RAF 23 : Rabbana zalamna anfusana wa illam tagfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin. “ya tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".

MOHON KESELAMATAN ~ YUNUS 85-86 : Rabbana la taj’alna fitnatan lil qaumizh zalimin, wa najjina birahmatika minal qaumil kafirin. "ya tuhan kami; janganlah engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang’zalim. dan selamatkanlah kami dengan rahmat engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.”

MOHON PERLINDUNGAN ~ HUD 47 : Rabbi inni a’uzubika an as-‘alaka ma laisa libihi ‘ilmun, wa illa tagfir li wa tarhamni akun minal khasirin. "ya tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari memohon kepada engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan sekiranya engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”

KELUARGA MASLAHAH ~ IBRAHIM 40-41 : Rabbij’alni muqimas salati wa min zurriyyati, rabbana wa taqabbal du’a. rabbanagfirli wa liwalidayya walil mu’minina yauma yaqumul hisab. "ya tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya tuhan kami, perkenankanlah doaku. ya tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.

MOHON TEMPAT YG BAIK ~ AL-ISRA’ 80 : Rabbi adkhilni mudkhala sidqiw wa akhrijni mukhraja sidqiw waj’alli mil ladunka sultanan nashira. “ya tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi engkau kekuasaan yang menolong"

DIBERI KEMUDAHAN ~ AL-KAHFI 10 : Rabbana atina mil ladunka rahmataw, wa hayyi’ lana min amrina rasyada. “wahai tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”

KELAPANGAN HATI ~ THAHA 25-27 : Rabbisyrahli sadri, wa yassirli amri, wahlul ‘uqdatam mil lisani yafqahu qauli. “ya tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku" TERHINDAR MUSIBAH ~ AL-MUKMINUN 97-98 : Rabbi a’uzu bika min hamazatisy syayatini wa a’uzu bika rabbi ay yahdurun. "ya tuhanku aku berlindung kepada engkau dari bisikan-bisikan syaitan. dan aku berlindung (pula) kepada engkau ya tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku”

MOHON KEMULIAAN ~ AL-FURQAN 65 : Rabbanasrif ‘anna ‘azaba jahannam(a) inna ‘azabaha kana garama. “ya tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.

KELUARGA YG TAQWA~ AL-FURQAN 74 : Rabbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrata a’yuniw waj’alna lil muttaqina imama. “ya tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa".

MENSYUKURI NIKMAT~ AN-NAML 19 : Rabbi auzi’ni an asykura ni’matakallati an’amta’alayya wa ‘ala walidayya wa an a’mala salihan tardahu, wa adkhilni birahmatika fi’ibadikas-salihin. “ya tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-mu ke dalam golongan hamba-hamba-mu yang saleh”.

KELUASAN RAHMAT ~ AL-MUKMIN 7-9 : Rabbana wasi’ta kulla syai-ir rahmataw wa’ilman, faghir lillazina tabu wattabba‘u sabilaka wa qihim ‘azabal jahim. rabbana wa adkhilhum jannati ‘adninillati wa’attahum wa man salaha min aba’ihim wa azwajihim wa zurriyyatihim innaka antal ‘azizul hakim. wa qihimussayyi’at(i) wa man taqis sayyi’ati yauma’izin faqad rahimtah(u) wa zalika huwal fauzul ‘azim. “ya tuhan kami, rahmat dan ilmu engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. ya tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘adn yang telah engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. sesungguhnya engkaulah yang maha perkasa lagi maha bijaksana. dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar”.

JAUH DARI DENGKI ~ AL-HASYR 10 : Rabbanaghfir lana wa li-ikhwaninal lazina sabaquna bil iman(i), wala taj’al fi qulubina gillan lillazina amanu, rabbana innaka ra’ufur rahim. “ya rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; ya rabb kami, sesungguhnya engkau maha penyantun lagi maha penyayang”.

TAWAKAL PADA ALLAH ~ AL-MUMTAHANAH 4-5 : Rabbana ‘alaika tawakkalna wa ilaika anabna wa ilaikal mashir. rabbana la taj’alna fitnal lilladzina kafaru, waghfir lana, rabbana innaka antal ‘azizul hakim. “ya tuhan kami hanya kepada engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada engkaulah kami kembali. ya tuhan kami, janganlah engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. dan ampunilah kami ya tuhan kami. sesungguhnya engkaulah yang maha perkasa lagi maha bijaksana”).

LINGKUNGAN YG BAIK ~ AN-NISA 75 : Rabbana akhrijna min hazihil qaryatizh zalimi ahluha waj’al lana mil ladunka waliyyan waj’al lana min ladunka nasira. “ya tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi engkau, dan berilah kami penolong dari sisi engkau!”.

DICINTAI UMAT ~ QS.IBRAHIM 37 : Rabbana inni askantu min zurriyyati bi wadin gairi zi zar’in ‘inda baitikal muharram, rabbana liyuqimus salata faj’al af-idatan minan nasi tahwi ilaihim warzuqhum minas samarati la’allahum yasykurun. "ya tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau yang dihormati, ya tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur".

KEDUDUKAN MULIA ~ AL-MUKMINUN 29 : Rabbi anzilni munzalam mubarakaw wa anta khairul munzilin. "ya tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat“.

DIBERI HIKMAH ~ ASY-SYU’ARA 83-85 : Rabbi habli hukmaw wa alhiqni bis salihin, waj’al li lisana sidqin fil akhirin, waj’alni miw warasati jannatin na’im. “ya tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan".

BANGUNAN INDAH DLM SURGA ~ AT-TAHRIM 11 : Rabbibni li ‘indaka baitan fil jannati wa najjini min fir’auna wa ’amalihi wa najjini minal qaumiz zalimin. “ya rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim".

MOHON CURAHAN RIZKI ~ AL-MAIDAH 114 : Allahumma rabbana anzil ‘alaina ma-idatam minas sama’i takunu lana ‘idan li awwalina wa akhirina wa ayatam minka warzuqna wa anta khairur raziqin. “ya tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan engkau; beri rzekilah kami, dan engkaulah pemberi rezki yang paling utama”.

AMPUNAN DOSA AL-HADIS : Allahummaqh firli khathi-ati wa jahli wa israfi fi amri kullih, wama anta a’lamu bihi minni. allahummaqh firli khathayaya wa ‘amdi wa jahli wa hazli wa kullu dzalika ‘indi. allahummaqh firli ma qaddamtu wama akhkhartu wama asrartu wama a’lantu, antal muqaddimu, wa antal muakhkhiru, wa anta ‘ala kulli syai-in qadir. "ya allah, ampunilah kesalahan, kebodohan dan keterlaluanku dalam segala urusan dan ampuni pula segala dosa yang engkau lebih mengetahui daripada aku. ya allah, ampuni kesalahan, kesengajaan, kebodohan dan keterlaluanku, serta segala dosa yg terdapat pada diriku. ya, allah ampui dosaku yg telah lalu maupun yg akan datang, yg rahasia maupun yg terang2an. engkau maha terdahulu dan maha terakhir dan engkau maha kuasa segala sesuatu".

KEBAIKAN DUNIA AKHIRAT : Allahumma ashlih li dini allazi huwa ‘ishmatu amri wa ashlih li dun-yaya allati fiha ma’asyi, wa ashlih li akhirati allati fiha ma’adi, waj’allil hayata ziyadatan li fi kulli khairin, waj’alil mauta rahatan li min kulli syarrin. "ya allah perbaikilah urusan agamaku yg menjadi pegangan bagi setiap urusanku, perbaikilah duniaku yg disitulah urusan kehidupanku. perbaikilah akhiratku yg kesanalah aku akan kembali. jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan kesempatan utk memperbanyak amal kebajikan, dan jadilankah kemaitianku sebagai tempat peristirahatan dari setiap kejahatan".
LEPAS DARI KESULITAN ~ AL-ANBIYA 87 : La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minaz zalimin “tidak ada tuhan selain engkau. maha suci engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” DOA UNTUK KESEMBUHAN : Allahumma rabbannaas, isyfi anta assyaafi, wa aafi antal mu’aafii, laa syifaa’ illa syifaa’uk, syifaa’an laa yughaadiru saqaman wala alama "wahai allah tuhan seluruh manusia, sembuhkanlah dan engkau maha menyembuhkan, dan sehatkan dan maafkanlah karena engkaulah yang maha memaafkan dan menyehatkan, tiiada kesembuhan kecuali kesembuhan yang datang darimu, kesembuhan yang tak membawa kesialan dan kesakitan“.

Senin, 19 Oktober 2015

Filsuf besar dunia Aristoteles

ARISTOTELES (FILOSOF TERBESAR SEPANJANG SEJARAH DUNIA 384-322 SM) Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Aristoteles Aristoteles dikenal sebagai seorang filosof/filsuf besar sepanjang sejarah dunia. Beliau juga dikenal sebagai seorang saintis dan ahli pendidikan yang telah menorehkan karya-karya besar yang menjadi dasar disiplin ilmu filsafat, ilmu prngetahuan alam, metafisika, politik, dan juga pemerintahan. Tempat kelahirannya adalah Stagira Chalcidice, Tracia, Yunani. Beliau merupakan anak dari seorang ahli fisika kenama'an dari Macedonia. Menginjak usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke Athena untuk menimba ilmu di Akademi Plato. Aristoteles belajar kepada banyak guru diantaranya belajar ilmu filsafat kepada plato, belajar matematika dan astronomi pada Eudoxos dan Kalippos, belajar retorika pada Isokrates dan Demosthenes. Singkat cerita beliau menjadi pengajar di Akademi Plato selama kurang lebih 20 tahun dan juga menjadi guru dari Alexander Agung, Pada tahun 322 SM beliau meninggal dunia didalam pengungsian. Pada saat kekuasa'an Alexander Agung melemah, terjadi kekacauan dan banyak cendekiawan yang mati dibunuh sehingga beliau hidup dalam pelarian untuk menyelamatkan diri dari pembunuhan sampai akhirnya wafat dalam pengungsian. Jasa-jasa Aristoteles sangat besar diantaranya memberikan pengaruh yang besar terhadap pemikiran Eropa, ajaran filsafatnyalah yg mrnjadi dasar ilmu politik dan pemerintahan berabad-abad lamanya. Beliau memiliki pendapat bahwa sebuah bentu politik yang ideal adalah "Demokrasi Monarki". Diantara karyanya yang pernah ditulis bidang etika dan yang sampai sekarang masih dibaca adalah "Nichomachean Ethic" dan yang berjudul "Organom" (logika). Untuk bidang kedokteran, ilmu hewan serta ilmu lainya karyanya berupa buku yang berisi 500 jenis binatang dan sistem kladifikasi yang rapi yang menjadi dasar ilmu biologi yang berkembang sampai sekarang ini. Sedangkan dibidang seni, beliau menulis buku tentang keindahan yang berjudul "Poetika". ¤PESAN PESAN ARISTOTELES¤ "Orang yang paling sempurna bukanlah orang dengan otak yang sempurna, melainkan orang yang dapat menggunakan sebaik-baiknya dari bagian otaknya yang kurang sempurna." "Barangsiapa berhasil mengalahkan ketakutannya akan menjadi orang yang benar-benar bebas." "Diri kita dibentuk dari apa yang kita lakukan berulang kali, sedangkan kesuksesan bukan merupakan usaha dan tindakan melainkan akibat dari suatu kebiasaan." "Janganlah berputus asa, namun kalau anda sampai berada dalam keadaan putus asa berjuanglah terus meskipun dalam keadaan putus asa."

Al Farabi filsuf besar second teacher

Al-Farabi adalah seorang filsuf besar, dia mendapat julukan second teacher atau guru kedua. Karena guru pertama adalah Aristoteles. Dia juga adalah seorang ahli musik yang hebat, nama lengkapya adalah Abu Nashr Muhammad ibn Tasrkhan ibn al-Uzalagh Al-Farabi lahir di Transoxiana, Uzbekistan pada tahun 870 M dan meninggal pada tahun 950 M. Ayahnya adalah orang Persia yang menjadi Panglima perang Turki, kalau ibunya berasal dari Turki. Al-farabi seorang filsuf yang luar biasa, keahlianya yang luar biasa adalah dalam ilmu mantik (logika). Dialah orang yang bisa memberikan pengaruh ilmu logika kedalam kebudaya'an Arab. Banyak sekali karya-karyanya selama hidupnya, yang paling terkenal adalah Al-Madinah al-fadilah (Kota/Negara Utama) yang membahas mengenai pencapaian melalui kehidupan politik yang baik. Selain seorang ilmuan, Al-Farabi juga seorang seniman yang mahir memainkan alat musik. Dialah yang menciptaka beragam instrumen musik dan sistem nada Arab yang sampai sekarang digunakan pada musik musik Arab. Dia juga menulis sebuah buku yang mengupas tentang musik yang bernama Kitab Al-Musiqa. Bagi Al-Farabi musik juga menjadi sebuah alat terapi. Pesan Al-Farabi "Jadilah Warga Negara Yang Baik Agar Kehidupan Kita Menjadi Baik" Penulis: Much. Wahyu

Sabtu, 17 Oktober 2015

Kegagalan itu muara sukses

KEGAGALAN ADALAH MUARA SUKSES

Banyak orang hanya menginginkan kesuksesan. Jarang yang menginginkan kegagalan juga. Padahal kegagalan adalah bagian dari kisah sukses seseorang. Hambatan terbesar seseorang untuk berusaha, mengupayakan kesuksesan dirinya adalah perasaan takut mengalami kegagalan. Ketakutan akan kegagalan akan menyebabkan ketakutan untuk bertindak. Padahal melakukan suatu tindakan yang ditakutkan itu malah bisa membawa kepada kesuksesan. Kegagalan sungguh melumpuhkan. Dan bayangannya saja; membuat orang beralasan agar tidak melakukan sesuatu yang ditakutkan bisa membawa kegagalan. Akhirnya, dengan menunda-nunda berbuat sesuatu, seseorang menjadi tidak berusaha sama sekali. Dengan tidak berusaha maka dijamin tidak akan ada kegagalan, tapi sayangnya; kesuksesan juga menjadi suatu hal yang mustahil. Oleh karena, untuk sukses seseorang mesti melakukan sesuatu yang bisa membuatnya mampu meraih kesuksesan itu. Penelitian membuktikan bahwa 80 persen penyesalan datang dari tindakan yang tidak dilakukan daripada yang pernah dilakukan. Jadi, melakukan kesalahan atau gagal setelah mencoba sesuatu bukan berarti tidak akan pernah sukses. Justru kunci dari kesuksesan adalah eksekusi, bertindak! Justru jika takut dan tidak mencoba bertindak sama sekali akan membawa kegagalan absolut dan kesuksesan menjadi jauh dari kenyataan. Dengan adanya kegagalan, kita bisa belajar dari kesalahan kita dan mengubah pendekatan dalam upaya-upaya yang kita lakukan dalam meraih kesuksesan. Kita bisa membuat kegagalan itu bersifat hanya sementara dan menjadikannya sebagai anak tangga dalam perjalanan kita menuju puncak kesuksesan. Kita harus ubah paradigma berpikir kita dalam melihat suatu ancaman kegagalan menjadi suatu peluang pembelajaran. Perasaan takut akan kegagalan mesti dikalahkan oleh hasrat untuk mengatasi tantangan dan menangkap potensi keberhasilan. Dan kalaupun gagal, kita bisa gunakan emosi seperti amarah untuk memotivasi kita agar bangkit dan mencoba kembali. Lebih baik merasa marah daripada takut. Kemarahan bisa menjadi emosi yang membangun sedangkan ketakutan merupakan emosi yang melumpuhkan. Perasaan marah yang bisa dikelola dengan baik, akan menjadi suatu kekuatan motivasi yang besar. Amarah bisa dimanfaatkan sebagai tenaga pendorong untuk terus bersemangat dalam mengejar kesuksesan. Amarah yang diekspresikan secara asertif, bukan agresif, akan menegaskan karisma seseorang. Seseorang menjadi amat karismatik jika ia berhasil menaklukan perasaan amarahnya. Dalam riset terbaru, emosi marah malah bisa membawa optimisme selain motivasi yang tinggi. Suatu hubungan bisa menjadi lebih baik dengan saling memahami jika kemarahan diekspresikan dengan jelas. Amarah juga membuat seseorang menjadi lebih bijaksana, lebih strategis dalam bernegosiasi, dan malah mengurangi potensi kekerasan jika diungkapkan dengan semangat mencari solusi daripada hanya sekedar menyalurkan kemarahan yang ada. Mari kita ubah paradigma berpikir kita, daripada merasa takut gagal lebih baik merasa marah terhadap kegagalan. Marah terhadap ketakutan akan kegagalan. Marah agar termotivasi untuk sukse

Rabu, 14 Oktober 2015

Memberi nasehat itu mudah, menerimanya sulit

Wahai anak! Nasehat itu mudah, yang sulit adalah menerimanya; karena terasa pahit oleh hawa nafsu yang menyukai segala yang terlarang. Terutama dikalangan penuntut ilmu yang membuang-buang waktu dalam mencari kebesaran diri dan kemegahan duniawi. Ia mengira didalam ilmu yang tak bersari itulah terkandung keselamatan dan kebahagiaan, dan ia mengira tak perlu beramal. Inilah kepercayaan filsul-filsuf. Ia tidak tahu bahwa ketika ada pada seseorang ilmu, maka ada yang memberatkan, seperti disabdakan Rasulullah saw: "Orang yang berat menanggung siksa di hari kiamat adalah orang yang berilmu namun tidak mendapat manfaat dari ilmunya itu." Wahai anak! Janganlah engkau hidup dengan kemiskinan amal dan kehilangan kemauan kerja. Yakinlah bahwa ilmu tanpa amal semata-mata tidak akan menyelamatkan orang. Jika disuatu medan pertempuran ada seorang yang gagah berani dengan persenjataan lengkap dihadapkan dengan seekor singa yang galak, dapatkah senjatanya melindungi dari bahaya, jika tidak diangkat, dipukulkan dan ditikamkan? Tentu saja tidak akan menolong, kecuali diangkat, dipukulkan dan ditikamkan. Demikian pula jika seseorang membaca dan mempelajari seratus ribu masalah ilmiah, jika tidak dilakukan maka tidaklah akan dicairkan. Wahai anak! Berapa malam engkau berjaga guna mengulang-ulang ilmu, membaca buku, dan engkau haramkan tidur atas dirimu. Aku tak tahu, apa yang menjadi pendorongmu. Jika yang menjadi pendorongmu adalah kehendak mencari materi dan kesenangan dunia atau mengejar pangkat atau mencari keuntungan atas teman semata, maka malanglah engkau. Namun jika yang mendorongmu adalah keinginan untuk menghidupkan syariat Rasulallah saw dan menyucikan budi pekertimu serta menundukkan nafsu yang tiada henti mengajak kepada kejahatan, maka untungnya engkau. Benar sekali kata seorang penyair, "Biarpun kantuk menyiksa mata, Akan gratis semata-mata jika tak karena Alloh semata". Wahai anak! Hiduplah sebagaimana maumu, namun ingat! bahwasanya engkau akan mati. Dan cintailah siapa yang engkau sukai, namun ingat! engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah seperti yang engkau kehendaki, namun ingat! engkau pasti akan menerima balasannya nanti.

Nasehat populer Imam al Gazali

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali mengajukan 6 pertanyaan. Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185) Pertanyaan kedua "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" .. Murid-muridnya ada yang menjawab bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Pertanyaan yang ke tiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, laut dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka. Pertanyaan ke empat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban itu benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tanaman, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya . Pertanyaan yang ke lima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat. Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?" Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang ... Benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, Manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Pesan terakhir Imam al Gazali

Imam Ghazali terbangun pada dini hari dan sebagaimana biasanya melakukan shalat dan kemudian beliau bertanya pada adiknya, “Hari apakah sekarang ini?” Adiknya pun menjawab, “Hari senin.” Beliau kemudian memintanya untuk mengambilkan sajadah putihnya, lalu beliau menciumnya, Menggelarnya dan kemudian berbaring diatasnya s…ambil berkata lirih, “Ya Allah, hamba mematuhi perintahMu,” … dan beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya.Di bawah bantalnya mereka menemukan bait-bait berikut, ditulis oleh Al-Ghazali ra., barangkali pada malam sebelumnya. “Katakan pada para sahabatku, ketika mereka melihatku, mati Menangis untukku dan berduka bagiku Janganlah mengira bahwa jasad yang kau lihat ini adalah aku Dengan nama Allah, kukatakan padamu, ini bukanlah aku, Aku adalah jiwa, sedangkan ini hanyalah seonggok daging Ini hanyalah rumah dan pakaian ku sementara waktu. Aku adalah harta karun, jimat yang tersembunyi, Dibentuk oleh debu ,yang menjadi singgasanaku, Aku adalah mutiara, yang telah meninggalkan rumahnya, Aku adalah burung, dan badan ini hanyalah sangkar ku Dan kini aku lanjut terbang dan badan ini kutinggal sbg kenangan Puji Tuhan, yang telah membebaskan aku Dan menyiapkan aku tempat di surga tertinggi, Hingga hari ini , aku sebelumnya mati, meskipun hidup diantara mu. Kini aku hidup dalam kebenaran, dan pakaian kubur ku telah ditanggalkan. Kini aku berbicara dengan para malaikat diatas, Tanpa hijab, aku bertemu muka dengan Tuhanku. Aku melihat Lauh Mahfuz, dan didalamnya ku membaca Apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Biarlah rumahku runtuh, baringkan sangkarku di tanah, Buanglah sang jimat, itu hanyalah sebuah kenang2an, tidak lebih Sampingkan jubahku, itu hanyalah baju luar ku, Letakkan semua itu dalam kubur, biarkanlah terlupakan Aku telah melanjutkan perjalananku dan kalian semua tertinggal. Rumah kalian bukanlah tempat ku lagi. Janganlah berpikir bahwa mati adalah kematian, tapi itu adalah kehidupan, Kehidupan yang melampaui semua mimpi kita disini, Di kehidupan ini, kita diberikan tidur, Kematian adalah tidur, tidur yang diperpanjang Janganlah takut ketika mati itu mendekat, Itu hanyalah keberangkatan menuju rumah yang terberkati ini Ingatlah akan ampunan dan cinta Tuhanmu, Bersyukurlah pada KaruniaNya dan datanglah tanpa takut. Aku yang sekarang ini, kau pun dapat menjadi Karena aku tahu kau dan aku adalah sama Jiwa-jiwa yang datang dari Tuhannya Badan badan yang berasal sama Baik atapun jahat, semua adalah milik kita Aku sampaikan pada kalian sekarang pesan yang menggembirakan Semoga kedamaian dan kegembiraan Allah menjadi milikmu selamanya. Source http://www.ghazali.org/

Selasa, 13 Oktober 2015

Nasehat Hasan al Basri kepada Umar bin Abd. Azis

Al-Hasan al-Bashri menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz, isi surat tersebut menjelaskan tentang hakikat dunia. Teks surat tersebut adalah sebagai berikut: Amma ba’du.. Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dunia adalah rumah persinggahan dan perpindahan bukan rumah tinggal selamanya. Adam diturunkan ke dunia dari surga sebagai hukuman atasnya, maka berhati-hatilah. Sesungguhnya orang yang berhasrat kepada dunia akan meninggalkannya, orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin (dibanding akhirat), penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Jika orang yang berakal lagi cerdik mencermatinya, maka dia melihatnya menghinakan orang yang memuliakannya, mencerai-beraikan orang yang mengumpulkannya. Dunia layaknya racun, siapa yang tidak mengetahuinya akan memakannya, siapa yang tidak mengetahuinya akan berambisi kepadanya, padahal, demi Allah itulah letak kebinasaannya. Wahai Amirul Mukminin, jadilah seperti orang yang tengah mengobati lukanya, dia menahan pedih sesaat karena dia tidak ingin memikul penderitaan panjang. Bersabar di atas penderitaan dunia lebih ringan daripada memikul ujiannya. Orang yang cerdas adalah orang yang berhati-hati terhadap godaan dunia. Dunia seperti pengantin, mata-mata melihat kepadanya, hati terjerat dengannya, pada dia, demi Dzat yang mengutus Muhammad dengan kebenaran, adalah pembunuh bagi siapa yang menikahinya. Wahai Amirul Mukminin, berhati-hatilah terhadap perangkap kebinasaannya, waspadailah keburukannya. Kemakmurannya bersambung dengan kesengsaraan dan penderitaan, kelanggengan membawa kepada kebinasaan dan kefanaan. Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, bahwa angan-angannya palsu, harapannya batil, kejernihannya keruh, kehidupannya penderitaan, orang yang meninggalkannya adalah orang yang dibimbing taufik, dan orang yang berpegang padanya adalaah celaka lago tenggelam. Orang yang cerdik lagi pandai adalah orang yang takut kepada apa yang dijadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menimbulkan rasa takut, mewaspadai apa yang Allah telah peringatkan, berlari meninggalkan rumah fana kepada rumah yang abadi, keyakinan ini akan sangat terasa ketika kematian menjelang. Dunia wahai Amirul Mukminin, adalah rumah hukuman, siapa yag tidak berakal mengumpulkan untuknya, siapa yang tidak berilmu tentangnya akan terkecoh, sementara orang yang tegas lagi berakal adalah orang yang hidup di dunia seperti orang yang mengobati sakitnya, dia menahan diri dari pahitnya obat karena dia berharap kesembuhan, dia takut kepada buruknya akibat di akhirat. Dunia wahai Amirul Mukminin, demi Allah hanya mimpi, sedangkan akhirat adalah nyata, di antara keduanya adalah kematian. Para hamba berada dalam mimpi yang melenakan, sesungguhnya aku berkata kepadamu wahai Amirul Mukminin apa yang dikatakan oleh seorang laki-laki bijak, ‘Jika kamu selamat, maka kamu selamat dari huru-hara besar itu. Jika tidak, maka aku tidak mengira dirimu akan selamat’. Ketika surat al-Hasan al-Bashri ini sampai ke tangan Umar bin Abdul Aziz, beliau menangis sesenggukan sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya merasa kasihan kepadanya. Umar mengatakan, “Semoga Allah merahmati al-Hasan al-Bashri, beliau terus membangunkan kami dari tidur dan mengingatkan kami dari kelalaian. Sungguh sangat mengagumkan, beliau adalah laki-laki yang penuh kasih terhadap kami (pemimpin), beliau begitu tulus kepada kami. Beliau adalah seorang pemberi nasihat yang sangat jujur dan sangat fasih bahasanya.” Umar bin Abdul Aziz membalas surat al-Hasan dengan mengatakan: “Nasihat-nasihat Anda yang berharga telah sampai kepadaku, aku pun mengobati diriku dengan nasihat tersebut. Anda menjelaskan dunia dengan sifat-sifatnya yang hakiki, orang yang pintar adalah orang yang selalu berhati-hati terhadap dunia, seolah-olah penduduknya yang telah ditetapkan kematian sudah mati. Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.” Ketika balasan Umar sampai di tangan al-Hasan, beliau berkata, “Amirul Mukminin benar-benar mengagumkan, seorang laki-laki yang berkata benar dan menerima nasihat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengagungkan nikmat dengan kepemimpinannya, merahmati umat dengan kekuasaannya, menjadikannya rahmat dan berkah.” Al-Hasan al-Bashri menulis sedikit lagi pesan kepada Umar bin Abdul Aziz dengan mengatakan: “Amma ba’du, sesungguhnya ketakutan besar dan perkara yang dicari ada di depanmu, dan engkau pasti akan menyaksikannya, selamat atau celak.” (Az-Zuhd, al-Hasan al-Bashri, Hal.169). Sumber: Perjalanan Hidup Khalifah Yang Agung, Umar bin Abdul Aziz, Ulama dan Pemimpin Yang Adil ditulis oleh DR. Ali Muhammad ash-Shalabi. Diterbitkan oleh Darul Haq.

Minggu, 11 Oktober 2015

Nama2 sesepuh hadir pernikahan dr Wahyudi

Drs. M. Timang, MBA
Ir. Asri Langka Mane
Drs. Sabiluddin Rasyid 
Drs. Yan Kadang MM 
Amri Langka Mane, SH,MH 
Arifin Baidi, SH,MH 
Alfian, SE MM 
Direktur dan Asisten direktur, Maha Guru Yayasan Sandi Karsa 
Shibul.kirom, pemangku adat, Pembesar Negeri -Adat itu sennusennungeng Ridecenge -Patuppu'i Riade'e Pasandrei Risara'e, Adati hula2 syareati, syareati hula2 to kitabullah -Acara Depito Dutu dan Akaji/ Akad Nikah, Hulondalo Lipuu/Gorontalo -Warna, merah, hijau, kuning emas, ungu Lambang -Tarian Saronde o kel -Lenggota Lo Nikah/tatacara nikah.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Hukum Dakwah, dan Problematika Umat







HUKUM, DAN SETRATEGI DAKWAH MERESPON
PROBLEMATIKA UMAT KONTEMPORER

Oleh: H. Muh. Shaleh Suratmin,*

ABSTRAK

Mendakwakan Islam berarti memberikan jawaban Islam terhadap berbagai permasalahan umat. Karenanya dakwah Islam selalu terpanggil untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dan yang akan dihadapi oleh umat.
Dengan menggunakan strategi dakwah yang profesional, diyakini dapat menjawab tantangan zaman, yang meliputi; peningkatan Sumber Daya Muballigh (SDM), pemanfaatan teknologi modern sebagai media dakwah, penerapan metode dakwah fardhiyah, dan penggunaan pendekatan dakwah structural dan cultural, monitoring dan evaluasi dakwah serta penyusunan peta dakwah.

PENDAHULUAN
Karakteristik atau ciri kesempurnaan Islam dideskripsikan secara tekstual maupun kontekstual dalam al-Qur’an dan hadis, termasuk konteks dakwah dari aspek hukum, tujuan dan metodenya. Agama Islam adalah agama dakwah baik secara teoritis maupun secara praktis.1 Sebagai agama dakwah kedudukan Islam menurut Ismail Raji al Faruqi, bahwa Islam melebihi agama-agama dakwah yang lain. Hal ini disebabkan oleh klaim Islam sendiri bahwa Islam merupakan agama wahyu terakhir dan merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya terutama agama Yahudi dan Nasrani.2 Al Faruqi menegaskan dengan mengutip ayat al Qur’an antara lain, QS. asy-Syuura: 15, sebagai berikut:
šÏ9ºs%Î#sù äí÷Š$$sù ( öNÉ)tFó$#ur !$yJŸ2 |NöÏBé& ( Ÿwur ôìÎ7®Ks? öNèduä!#uq÷dr& ( ...ÇÊÎÈ
Terjemahnya: Maka Karena itu Serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka (QS. Asy-Syuura: 15).3
Berdasarkan ayat tersebut di atas, maka al-Qur’an sebagai sumber pertama rujukan pelaksanaan dakwah Islam telah memuat gagasan-gagasan brilian untuk mengubah wajah kehidupan manusia. Namun ajaran yang komprehensip itu mampu dirumuskan secara sistematis dan canggih menurut bahasa bumi dan masih banyak dibiarkan menjadi bahasa langit. Disinilah dapat dielaborasi bahwa Islam adalah agama wahyu yang selalu berhadapan dengan zaman yang terus berubah. Untuk itu, umat Islam selalu ditantang bagaimanamensi ntesakan keabadian wahyu dengan kesementaraan zaman.4
Mendakwakan Islam berarti memberikan jawaban jawaban Islam terhadap berbagai permasalahan umat. Karenanya dakwah Islam selalu terpanggil untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dan yang akan dihadapi oleh umat. Bertolak dari permasalahan tersebut berdakwah dalam pandangan Islam hukumnya wajib, baik dalam pemahaman pendekatan fardhu a’in (kewajiban individu) maupun fardhu kifayah (kewajiban kolletif). 
Meskipun missi dakwah sejak perode klasik sampai masa komtemporer dewasa ini tetap sama yaitu mengajak umat manusia ke dalam system Islam, namun tantangan dakwah berupa problematika umat senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Permasalahan yang dihadapi oleh umat selalu berbeda baik secara kualitatif maupun kuantitatif, namun demikian permasalahan-permasalahan umat tersebut perlu diidentifikasi dan dicarikan solusi pemecahannya yang relevan dan strategis melalui pendekatan-pendekatan dakwah yang sistematis dan porfesional.
Untuk itu, gerakan dakwah harus mampu mempertahankan dan membentengi jamaah dari upaya penyelenggaraan yang dilakukan oleh pihak tertentu. Karenanya kita harus menyiapkan perangkat yang mutakhir guna menenggulangi kerusakan yang lebih dahsyat, yaitu dengan cara memperkuat kulitas juru dakwah atau dai, muatan dakwah yang disampaikan lebih berkualitas dan memiliki wawasan  ke depan serta memiliki akses jaringan  yang lebih luas dan lebih cepat.
1.   Hukum, Tujuan dan Sasaran Dakwah
a.    Hukum Dakwah
            Para ulama berbeda pendapat dalam hal menetapkan hukum dakwah atau menyampaikan dakwah Islam. Sebagian ulama berpendapat berdakwah hukumnya fardhu kifayah, sedangkan sebagian lagi berpendapat hukumnya  fardhu ‘ain, mereka sama-sama berdasar pada QS. ‘Ali Imra>n :104:
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Terjemahnya:  Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS. ‘Ali Imra>n: 104).5
            Kata “minkum” dalam ayat ini oleh sebagian ulama dipandang mengandung arti tab’id (sebagian), atas dasar itu berdakwah hukumnya fardlu kifayah (kewajiban kollektif). Sebagian ulama pula berpandangan berdakwah hukumnya fardhu ‘ain (kewajiban individu) karena kata “minkum” mengandung arti za’idah (tambahan).
            Menurut Muhammad Natsir dalam “Fiqhud Dakwah” menyatakan, bahwa Islam adalah agama risalah dan dakwah yang merupakan kewajiban yang harus dipikul oleh individu Muslim dan Muslimah (fardhu ‘ain) dan tidak hanya menyerahkannya kepada orang-orang tertentu yang dipandang menguasainya. Beliau merujuk pada dalil al-Qur’an dan hadis sebagai berikut:
¨ŽóÇyèø9$#ur bÎ)Î  ÇÊÈ z`»|¡SM}$# Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î ÇÌÈ
Terjemahnya: Demi masa,.. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. al-Ashr :1-3).6
Selanjutnya hadis Nabi saw:
بلغوا عنى ولو أيه
Atinya: Sampaikanlah apa yang (kamu terima) dari padaku, walaupun hanya satu ayat  (HR. Tirmidzi>).
            Kemudian hadis tentang kewajiban beramar ma’ruf dan nahi mungkar.
من راى منكم منكرا فليغير بيده فان لم يستطع فبلسا نه  فان لم يستطع فبقلبه وذالك اضعاف الايمان
Artinya: Barang siapa melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu juga maka rubahlah dengan hatinya, dan yang demikian (hanya merubah dengan hati) merupakan selemah-lemahnya iman (HR. Imam Muslim)7.
b.   Tujuan Dakwah
            Tujuan umum dakwah adalah melakukan perubahan dari kondisi tertentu menuju kondisi yang lebih baik demi mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhai Allah swt.
1)     Pembentukan Pribadi Muslim yang Kafah (utuh/sempurna)
            Dakwah bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang sempurna dan tangguh kepribadiannya, baik dari segi kejiwaan, pemikiran, sikap dan sigap, memiliki kepribadian dan watak keman-dirian dalam keyakinan. Dengan kepribadian semacam ini akan dapat melakukan hubungan yang baik dan benar terhadap Rabb-Nya, terhadap dirinya dan terghadap semua manusia yang beraneka ragam keyakinan, dengan tata hubungan dan tata pergaulan yang sesuai dengan manhaj Islam.
2)    Pembentukan Rumah Tangga Sakinah
            Rumah tangga ini harus ditegakkan di atas asasnya yang kuat dan kokoh; istri dan anak keturunan yang saleh dan salehah yang komitmen pada al-Dien. Rumah tangga yang dikendalikan dengan tata nilai dan akhlak islamiyah, masing-masing anggotanya hidup secara Islam dengan mengindahkan hukum halal dan haram, dinaungi oleh adab syari’at dan hukum Islam dengan masalah makanan, minuman, pakaian, perlengkapan rumah tangga, serta bergaul dengan sanak kerabat, sahabat, tetangga, karena rumah tangga ini merupakan persemaian masyarakat Islam.
3)    Pembentukan Masyarakat Marhamah (Damai)
            Tegaknya masyarakat muslim juga tergantung pada rumah tangga yang bernuansa muslim, karena unsur masyarakat adalah terdiri dari rumah tangga. Apabila kondisi rumah tangga muslim sebagaimana yang digambarkan diatas, maka masyarakat Islam merupakan himpunan rumah tangga muslim yang dikendalikan dengan adab dan akhlak Islam. Rumah tangga yang berpedoman pada hukum-hukum syari’at Islam dalam semua hubungannya, berlandaskan tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa, menyayangi yang kecil (muda) dan menghormati yang lebih tua, memiliki solidaritas yang tinggi, tolong-menolong, terikat persaudaraan karena Allah, senantiasa menutupi kebutuhan orang fakir, memelihara anak-anak yatim serta memberikan hak tetangga sesuai dengan syari’at Islam. Hubungan jalinan kehidupan mereka ibarat satu tubuh, satu sama lain saling menguatkan.
4)    Menggapai Negara yang Paripurna (Thayibah)
            Secara ringkas dapat dikatakan, jika mereka menunaikan kewajiban dalam setiap aspek kehidupan, maka sudah barang tentu yang terlibat dalam perundang-undanagan adalah mereka yang berperilaku islami, termausk dalam proses pembuatannya. Hal ini merupakan langkah pokok dalam mewujudkan hukumah islamiyah, karena insan hukum atau tokoh pembuat undang-undang dan peraturannya dalam rangka berdakwah di jalan Allah, atau mereka yang menerima seruan risalah dakwah. Demikian juga rumah tangga muslim, masyarakat Islam, ahli pikir dan para pakar, kesemuanya tergolong orang-orang yang memiliki ghirah dan kepedulian tergadap Islam.
c.     Sasaran Dakwah
            Pengkajian tentang sasaran dakwah, selalu mengacu pada konteks sejarah dakwah Rasulullah saw mulai fase awal-awal Islam di kota Mekkah yang dikenal dengan Assabiqu>n al-awalu>n, selanjutnya hijrah ke Yasrib (kota Medinah), dan akhirnya kembali menaklukan kota Mekkah, maka sasaran dakwah dapat dides-kripsikan sebagai berikut:
1)     Dakwah kepada diri sendiri
            Menurut Enjang AS dan Aliyudin, dakwah kepada diri sendiri disebut dakwah nafsiah[1], menurutnya sasaran dakwah yang utama adalah kepada diri sendiri. Adalah nihil dan mustahil dapat meyakinkan ornag lain, bila diri sendiri tidak mampu menjadi contoh atau teladan. Bagaimana kita memberikan kesan pertama yang positif (how to give the first positive impression) kalau kita tidak mampu menjadi profile exellence. Rasulullah saw memiliki daya tarik yang kuat, karena mampu menjadi teladan yang baik (uswah-hasanah), sebagaimana firman Allah:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
Terjemahnya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah[2].
Menurut Imam Munawwir, seseorang akan tertarik untuk mengikuti, karena melihat kelakuan dan bukan sekedar pengakuan, juga kenyataan dan bukan sekedar pernyataan, juga amalan dan bukan sekedar omelan. Karena itu di samping seorang da’i itu memiliki personal exellence (penampilan yang terbaik), juga diperlukan the best attitude  (sikap yang terbaik)[3].
2)     Dakwah kepada keluarga terdekat
            Keluarga terdekat merupakan lambang kepercayaan terhadap dunia luar, sebelum jauh mengayuh atau mengayunkan langkah dan menentukan arah. Pertahanan pertama yang harus dibangun terlebih dahulu. Ia harus kokoh kuat laksana bangunan beton, bukan ibarat rumah karton, mudah roboh bila diterjang angin kencang. Nampak dari luar seakan bersanding, akan tetapi ternyata hatinya bertanding. Rasulullah saw juga diperingatkan, agar sebelum melangkah ke luar, keluarga diri harus ditegakkan terlebih dahulu, sebagaimana firman Allah:
öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
Terjemahnya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.
            Perintah di atas dilaksanakan secara konsekuen oleh baginda Rasulullah ketika mengumpulkan keluarga dengan jalan melakukan jamuan makan bersama. Tetapi sebelum menyampaikan risalah dakwah, tiba-tiba Abu Lahab berdiri, dengan kata-kata lantang menentang apa yang hendak dilakukan oleh Rasulullah saw, seakan-akan apa yang dilakukan olehnya akan menjerumuskan keluarga ke arah jalan yang sesat. Sikap Abu Lahab tersebut tidak ditanggapi oleh Rasul, karena menanggapi orang yang sedang marah, tak ada gunanya, lantaran tak ada kontak batin, tak ada jembatan rasa (mawaddah fi’l qurba). Barulah pada pertemuan yang dilakukan di hari berikutnya, Rasulullah angkat bicara, karena saat itulah mmentum yang paling tepat (selengkapnya, Bijak Dakwah).
            Bila kehidupan rumah tangga dan keluarga ditegakkan terlebih dahulu, maka ibarat bahtera, dimana antara pengemudi dan penumpang terjadi persamaan arah dan langkah yang lebih bergairah, menuju ke depan dalam suasana kehidupan yang lebih mapan.
3)     Dakwah kepada lingkungan terdekat
            Lingkungan adalah situasi dan kondisi yang menunjukkan ancaman, juga memberi ruang, dan peluang untuk berjuang. Lingkungan terdekat mudah akan diprediksi (predictable), sedangkan lingkungan jauh sulit dan rumit untuk diprediksi (unpredictable) karena belum mengenal kondisi geografis, analisis sosiologis, psikologis, kultural, bahasa, perubahan situasi dan kondisi apakah cepat atau lambat serta masalah-masalah lain-lainnya. Padahal, mudah atau tidaknya menerima suatu ide atau gagasan adalah berdasarkan berbagai pertimbangan semacam itu. Tergesa-gesa melakukan tindakan, hanyalah memakan energi, karena tidak memiliki strategi serta hanya mengandalkan semangat yang tinggi. Memprioritaskan lingkungan yang jauh, akan lebih berbahaya ketimbang memprioritaskan lingkungan terdekat.
            Dakwah yang dilakukan Rasulullah saw pun demikian pula, setelah memprio-ritaskan keluarga, dilanjutkan lingkungan terdekat, yakni disekitar kota Mekkah. Meski kurang mendapat dukungan dan lebih banyak ancaman, namun sudah bisa menemu-kan mana lawan dan mana kawan, mana penghambat dan mana pendukung, sehingga mampu menakar dan mengukur kekuatan. Paling tidak sudah mampu melakukan kristalisasi.
            Meskipun pendukung Rasulullah saw saat itu sedikit, akan tetapi amat potensial. Sayyidati Hadijah sebagai isteri Rasulullah misalnya, melalui potensi sumber dana atau kekayaan yang dicurahkan untuk kepentingan dakwah. Abu Bakar dengan kesetiaan dan sekaligus kekayaan Ali bin Abi Thalib menguasai generasi muda, Bilal mewakili budak atau kaum tertindas (mustadl’afien). Umar Ibn al Khattab berwibawa terhadap kelom-pok arogan. Meski hanya sedikit, kesemuanya memilik porsi dan posisi yang amat strategi. Ibarat pengembang lahan pertanian, maka menguasai bendungan akan lebih berpengaruh dari pada menguasai sekian ribu hektar sawah.
4)     Dakwah kepada masyarakat luas
Perintah berdakwah kepada masyarakat luas, seperti dalam firman Allah:
ôs)s9ur $oYö[4];tFŸ2 Îû Íqç/¨9$# .`ÏB Ï÷èt/ ̍ø.Ïe%!$# žcr& uÚöF{$# $ygèO̍tƒ yÏŠ$t6Ïã šcqßsÎ=»¢Á9$# ÇÊÉÎÈ
Terjemahnya: Dan sungguh Telah kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh[5].
            Pengertian orang-orang saleh adalah orang yang mampu melakukan berbagai perubahan, karya yang nyata dan terpuji (mahmudah) berperan sebagai khalifah fi’ al-ardi, bermanfaat untuk kepentingan umat dan masyarakat, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.
            Menghadapi masyarakat luas, harus memiliki gambaran secara sosiologis, psikologis, mana yang menolak dan selalu mengelak dan mana yang terbuka untuk menerima kebenaran. Menurut pandangan Sun Tzu dalam “War and Management” bahwa bila medan sudah diketahui di mana letak kelemahan dan kelengahan, sedangkan lawan tidak mengetahui kekuatan kita, maka kemungkinan untuk menang dalam pertempuran adalah jauh lebih besar.
            Nabi Muhammad saw memutuskan untuk hijrah ke Madinah lantaran beliau mengetahui kekuatan, seberapa banyak para pendukungnya yang sudah berada di sana, bila dibanding dengan ancaman, boikot caci maki yang terus menerus dalam kondisi yang tidak seimbang. Tentu saja, ibarat orang menanam, dari pada dilakukan di tempat yang tandus dan kering, akan lebih baik pada tempat yang subur. Hijrah adalah satu-satunya jalan.
IDENTIFIKASI PROBLEMATIKA UMAT
Dinamisasi kehidupan global yang semakin tinggi dan kompetitif telah menggiring umat manusia senantiasa memandang persoalan hidup secara pragmatis, logis, serba instant, dan bahkan matematis. Keadaan demikian ini di samping membawa manfaat berupa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mempermudah aktivitas manusia, juga dapat berimplikasi negatif berupa lemahnya semangat transcendental dan memudarnya hubungan-hubungan sosial. Implikasi ini berlangsung demikian lama, sehingga dewasa ini telah melahirkan berbagai kenyataan sosial yang cukup parados dengan cita-cita ideal Islam.
Jika dideskripkan, bahwa peta umat Islam komtemporer dapat diklasifikasi ke dalam tiga kelompok yaitu; Pertama, kelompok Islam yang berjuang untuk menegakkan khilafah (pemerintahan) Islam; Kedua, kelompok Islam yang mengagungkan Kebudayaan Barat dan menentang gerakan untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam Negara; dan ketiga, Kelompok Islam yang tidak memiliki kepedulian terhadap permasalahan umat Islam secara keseluruhan (kaffah)8.
Realitas sosial di atas, ada yang tidak sesuai dengan cita-cita ideal Islam, karenanya harus diubah melalui dakwah Islam. Mengingat kenyataan-kenyataan sosial tersebut banyak dijumpai dalam beberapa komunitas Islam dengan permasalahan yang berbeda-beda, maka diperlukan model dan atau beragam paradikma dalam melakukan dakwah Islam dengan mempertimbangkan jenis dan kualitas permasalahan yang dihadapi oleh umat. Mengelaborasi permasalahan tersebut, maka institusi-institusi dan atau lembaga- lembaga dakwah dituntut dapat melakukan usaha-usaha dakwah secara sistematis dan profesional melalui langkah-langkah yang strategis,sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur’an (QS. al-Taubah: 105):
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
Terjemahnya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan    Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melilwt pekerjaamnu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahni akan yang ghoib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan (QS. al-Taubah: 105)9.
Kegiatan dakwah merupakan sebagai aktivitas yang bernilai ibadah disisi Allah swt dan merupakan tugas besar kaum muslimin yang mesti ditunaikan. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa untuk menyampaikan dan memperjuangkan semangat Islam yang terus membara dalam jiwa kaum muslimin. Bahkan cita-cita seorang muslim yaitu membawa manusia ke dalam suatu kehidupan di mana Islam menjadi agama Allah yang benar semua aspeknya, baik teologi, hukum, akhlak dan institusi-institusi Islam dapat diterima dan menjadi agama (system hidup) seluruh umat manusia.10
Strategi Dakwah Merespon Problematika Umat
Untuk memecahkan berbagai persoalan umat yang semakin kompleks dan cebderung krusial, institusi dan atau lembaga dakwah tidak cukup hanya dengan melakukan program dakwah yang kompensional, sporadis, dan reaktif, tetapi harus bersifat profesional, strategis, dan proaktif. Menghadapi sasaran dakwah (mad’u) yang semakin kritis dan tatangan dunia global yang semakin kompleks di zaman kontemporer ini, maka diperlukan strategi dakwah yang multi dimensional, sehingga aktivitas dakwah yang dilakukan dapat bersaing secara positif di tengah bursa informasi yang semakin kompetitif.
Ada beberapa rancanagan kerja dakwah yang dapat dilakukan untuk menjawab permasalahan umat di zaman kontemporer dewasa ini antara lain:
1.            Memfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat.
2.            Menyiapkan elit strategis muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa sesuai dengan bidang keahliannya masing- masing.
3.            Membuat peta sosial umat sebagai  informasi  awal bagi  pengem- bangan dakwah.
4.            Mengintegrasikan wawasan etika, estetika, logika dan budaya dalam berbagai perencanaan dakwah.
5.            Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih  professional.
dan berorientasi pada kemajuan iptek.
6.            Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan Ibadah dan kegiatan ekonomi.
kesehatan dan kebudayaan umat Islam.11  Sehubungan dengan hal tersebut, maka sistem manajemen kemasjidan perlu ditingkatkan.
7.            Menjadikan Islam sebagai pelopor yang profetis, humanis dan transpormatif.
Karenanya perlu dirumuskan pendekatan-pendekatan dakwah yang progresif dan inklusif. Dakwah Islam tidak boleh hanya dijadikan sebagai obyek dan alat legitimasi bagi pembangunan yang semata-mata bersifat
ekonomis pragmatis berdasarkan kepentingan sesaat oleh para penguasa.12
Untuk merancang strategi dakwah yang multi strategis, maka diperlukan pembenahan secara internal terhadap beberapa unsur yang terlibat dalam proses dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah; dai atau muballigh (aktivis dakwah), materi dakwah, metode dakwah, dan instrumen atau media dakwah. Pembenahan strategis terhadap unsur-unsur tersebut dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Peningkatan Sumber Daya Muballigh (SDM)
Untuk mencapai tujuan dakwah secara maksimal, maka perlu didukung oleh para muballigh yang handal. Kehandalan tersebut meliputi kualitas yang seharusnya dimiliki oleh seorang juru dakwah yang sesuai dengan tuntutan umat kontemporer dewasa ini. Aktivitas dakwah dipandang sebagai kegiatan yang memerlukan keahlian. Mengingat suatu keahlian memerlukan penguasaan pengetahuan, maka para aktivis dakwah (dai atau muballigh) harus memiliki kualifikasi dan persyaratan akademik dan empirik dalam melaksanakan kewajiban dakwah.13
Dalam konteks ini, Dewan dakwah Islamiyah Indonesia telah mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID), dan banyak perguruan tinggi Islam yang tersebar di seluruh wilayah Republik ini, membuka jurusan atau Fakultas Dakwah yang membina dan mengkader para dai atau muballigh yang bertujuan untuk menyiapkan kader dai yang memiliki kapasitas dan kemampuan serta skill yang mempuni dalam menghadapi tantatangan dakwah yang semakin kompleks.
2.   Pemanfaatan Teknologi Modern Sebagai Media Dakwah
Salah satu sarana yang efektif untuk menyebarluaskan ajaran Islam adalah alat-alat teknologi modern di bidang informasi dan komunikasi. Kemajuan di bidang informasi dan telekomunikasi harus dimanfaatkan oleh para aktivis dakwah sebagai media dalam menggencarkan dakwah Islam, sebab dengan cara demikian ajaran Islam dapat diterima dalam waktu yang relatif singkat oleh sasaran dakwah dalam skala massif.
Dalam hal ini disadari, bahwa lembaga-lembaga dakwah masih banyak yang belum dapat dimanfaatkan akses teknologi informasi secara maksimal, begitu juga dalam penyediaan media dakwah modern, seperti penyiaran televisi dan internet yang hingga kini di kebanyakan negara masih menjadi impian belaka. Oleh karena itu, lembaga dakwah perlu membangun sinergis antar negara guna merealisasikannya dalam rangka mengimbangi laju informasi dan meredam program-program penyiaran TV yang tidak mendidik dan cenderung merusak tatanan masyarakat.
3.  Pengembangan Metode Dakwah Fardhiyah
Untuk menjawab tantangan dakwah global, maka perlu dikembang- kan metode dakwah fardhiyah, yaitu metode dakwah yang menjadikan pribadi dan keluarga sebagai sendi utama dalam aktivitas dakwah. Dalam usaha membentuk masyarakat yang dicirikan oleh Islam harus berawal dari pembinaan pribadi dan keluarga yang Islami, sebab lingkungan keluarga merupakan elemen sosial yang amat strategis dan member corak paling dominan bagi penegembangan masyarakat secara luas.
Pembinaan pribadi dan keluarga yang Islami ini dapat ditempuh melalui dua cara yaitu; Pertama, peningkatan fungsi orang tua (Ibu dan bapak) sebagai tauladan dalam rumah tangga; Kedua perlunya dibentuk lembaga konsultan keluarga sakinah (KKS) dan kelinik rohani Islam (KRI) dalam setiap komunitas muslim. Untuk pelaksanaan konsultasi keluarga sakina dan klinik rohani Islam ini diperlukan tenaga penyuluh dan konselor Islam yang handal baik secara teoritis maupun secara praktis.
Disinilah peran lembaga dakwah untuk membina dan mendorong anggotanya agar mengembangkan dakwah fardhiyah, sehingga masing- masing keluarga dapat memantau dan terkendali, sekaligus menjadi benteng kontrol sosial.

4.  Penerapan Dakwah Kultural

Dakwah cultural adalah dakwah Islam dengan pendekatan cultural, yaitu; Pertama, dakwah yang bersifat akomodatif terhadap nilai budaya tertentu Kedua; menekankan pentingnya kearifan dalam memahami kebudayaan komunitas tertentu sebagai sasaran dakwah. Jadi dakwah cultural dakwah yang bersifat button up dengan melakukan pemberdayaan kehidupan beragama berdasarkan nilai-nilai spesifik yang dmiliki oleh sasaran dakwah. Lawan dari dakwah cultural adalah dakwah structural, yaitu dakwah yang menjadikan kekuasaan, birokrasi, kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan Islam. Karenanya dakwah structural lebih bersifat top down arti nya dari atas ke bawah.
Secara sunnatullah, setiap komunitas manusia, etnis, dan daerah memiliki kekhasan dalam budaya. Masing-masing memiliki corak tersendiri dan menjadi kebanggaan komunitas bersangkutan. Dalam melakukan dakwah Islam, corak budaya yang dimiliki oleh komunitas tertentu dapat di jadikan sebagai media dakwah yang ampuh dengan mengambil nilai kebaikannya dan menolak kemungkaran yang terkandung di dalamnya.
Perbedaan penghayatan dan pengamalan agama selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti; karakteristik individu, usia, lingkungan sosial, dan lingkungan alam, kelahiran mazhab dalam Islam pun turut dipengaruhi oleh faktor alam dan geografis. Karena itu, akan selalu ada perbedaan cara beragama antara orang desa dan kota, petani dengan nelayan, masyarakat agraris dan masyarakat industry dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan itu perlu dipahami oleh para dai atau muballigh, supaya dakwah Islam yang di lakukan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi obyektif manusia yang di hadapi dan kecenderungan dinamika kehidupan mutakhir.
Dalam melakukan dakwah cultural, para aktivis dakwah harus menawarkan pemikiran dan aplikasi syariat Islam yang kaffah dan kreatif. Materi-materi dakwah perlu disistematisasikan dalam suatu rancangan sillabi dakwah berdasarkan kecenderungan dan kebutuhan sasaran atau mad’u.
Dai atau Muballigh tidak boleh langsung menghakimi jamaah berdasarkan persepsinya sendiri, tanpa mempertimbangkan kondisi nyata apa sesungguhnya yang sedang mereka alami. Karena itu materi dakwah cultural tidak semata-mata bersifat fiqh sentries, melainkan juga materi-materi dakwah yang aktual dan bernilai praktis bagi kehidupan umat kontemporer dewasa ini. Kaidah formal ketentuan-ketentuan syari'ah yang selama ini merupakan tema utuma dalam pengajian dan khutbah harus diimbangi dengan uraian mengenai hakikat , subtansi dan pesan moral yang terkandung dalam ketentuan syari’ah dan fiqh tersebut.
Di era globalisasi, secara sosiologis akan terjadi berbagai pergeseran dalam berbagai aspek kehidupan umat. Ada gejala perubahan pola pemahaman dan perilaku keagamaan dari yang bersifat ritual kearah orientasi yang lebih bersifat sosial. Salah satu diskursus yang lebih menarik dewasa ini adalah isu tauhid sosial sebagai otokritik terhadap fenomena tauhid yang bersifat vertikal dan individual yang dianut selama ini. Umat Islam mulai beralih dari khilafiyah ibadah ritual kepada khilafiyah ibadah sosial, yakni mulai memperbincangkan bagaimana idealnya model dan paket-paket dakwah pada zaman kontemporer dewasa ini.
Seiring dengan pergeseran nilai di zaman kontemporer dewasa ini, maka tema-tema dakwah pun yang muncuat ke permukaan adalah masalah-masalah lingkungan hidup, polusi udara, perubahan iklin, pemanasan galobal, etika bisnis dan kewiraswastaan, bioteknologi dan cloning, Hak Asasi Manusia (HAM), demokrasi, supermasi hukum, persoalan jender, etika politik, kesenjangan sosial, ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan, budaya dan teknologi informasi dan tema-tema kontenporer lainnya.
Keharusan untuk mendesain ulang tema-tema dakwah ini merupakan tuntutan modernisasi spiritualitas Islam yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebab problema dakwah yang muncuat di zaman modern jauh lebih kompleks dan memerlukan respons yang lebih beragam dan akomodatif.14 Disinilah lembaga dakwah harus secara sistimatis memberikan respons-proaktif bukan reaktif yang seporadis. Sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh umat secara konkrit.
5.  Monitoring dan Evaluasi (Monev) Dakwah
Aktivitas dakwah yang mencakup segi-segi kehidupan yang amat luas hanya dapat berlangsung dengan efektif dan efesien apabila sebelumnya telah dilakukan persiapan dan perencanaan yang matang.15 Untuk melakukan persiapan dan perencanaan yang matang, maka diperlukan monitoring dan evaluasi dakwah. Dari monitoring dan evaluasi inilah dapat diperoleh informasi tentang permasalahan umat, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam melakukan persiapan dan perencanaan dakwah. Pada aspek ini sering kurang mendapatkan perhatian secara serius dan professional oleh lembaga dakwah. Sehingga banyak program- program dakwah yang terkadang tanpa termonitoring dan terevaluasi secara baik, dan dibiarkan berjalan ala kadarnya.
Monitoring dan evaluasi dakwah ini sangat diperlukan untuk mendapat informasi yang akurat mengenai tingkat keberhasilan dakwah. Dalam evaluasi tersebut akan terlihat kelebihan dan kekurangan dakwah yang telah dilaksanakan, tingkat relevansi paket-paket dakwah yang ditawarkan dengan kebutuhan mad’u (sasaran dakwah), dan sejauh mana aktivitas dakwah yang telah dilakukan dapat mentransformasikan cita ideal Islam ke dalam realitas empirik umat.
Selanjutnya ada tiga tipe dasar pengawasan yang bisa dipakai dalam pengawasan dakwah, yaitu pengawasan pendahuluan, pengawasan concurrent, dan pengawasan umpan balik.16 Berikut adalah penjelasan singkat dari tipe pengawasan tersebut:
a.    Pengawasan pendahuluan (feed forward control). Pengawasan pendahuluan atau yang sering disebut sebagai steering control,   dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah dakwah yang dianggap menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
b.   Pengawasan yang   dilakukan   bersamaan   dengan   pelaksanaan   kegiatan (Concurrent control). Pengawasan ini sering disebut pengawasan  “Ya, Tidak” atau berhenti-Terus”, dilakukan selama kegiatan dakwah berlangsung.
c.    Pengawasan umpan balik (feedback control), pengawasan umpan balik juga dikenal sebagai past-action control, yang dilakukan untuk mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan dakwah yang telah selesai dikerjakan. Pengawasan ini bersifat historis, yaitu pengukuran berhasil tidaknya suatu kegiatan dakwah dilakukan setelah kegiatan dakwah.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa di samping berhubungan dengan komponen peningkatan kualitas  dakwah, juga berhubungan  dengan aspek penilaian, pembinaan, dan pengembangan komponen-komponen dakwah.
6.  Membuat Pemetaan Identifikasi Dakwah (Peta Dakwah)
Salah satu usaha untuk mengkonstruksi dan mengidentifikasi materi dan metode dakwah yang dibutuhkan oleh kelompok masyarakat tertentu adalah melalui penyusunan atau konstruksi peta dakwah. Peta dakwah adalah gambaran atau deskripsi menyeluruh tentang berbagai komponen yang terlibat dalam proses dakwah.17
Ada dua komponen pokok yang akan dimuat dalam peta dakwah, yaitu: pertama, komponen yang berkaitan dengan keadaan umat Islam sebagai sasaran dakwah; kedua, komponen yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dakwah.18 Komponen yang terkait dengan keadaan umat Islam, seperti: Tingkat sosial, ekonomi, tingkat pendidian, pekerjaan pokok dan sampingan, religiusitas/keberagamaan, integrasi sosial, mobilitas sosial, dan lain sebagainya.
Komponen yang terkait dengan proses pelaksaan dakwah, seperti aktivitas lembaga-lembaga dakwah, keadaan muballigh/aktivis dakwah, metode dakwah yang digunakan, materi dakwah yang disajikan, prasarana dan media dakwah yang tersedia dan lain sebagainya.



KESIMPULAN
Dakwah pada hakikatnya adalah segala aktivitas dan kegiatan mengajak orang untuk berubah dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang tidak Islami kepada nilai kehidupan yang Islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan, tetapi betul-betul dari hati nurani ikhlas semata-mata karena Allah swt.
Perubahan atau dinamisasi kehidupan masyarakat sebagai sasaran dakwah di zaman kontemporer dewasa ini, semakin kompleks dan menuntut perlunya perubahan paradikma strategi dakwah Islam. Dengan menggunakan strategi dakwah yang profesional, yang diyakini dapat menjawab tantangan zaman tersebut, yang meliputi; peningkatan Sumber Daya Muballigh (SDM), pemanfaatan teknologi modern sebagai media dakwah, penerapan metode dakwah fardhiyah, dan penggunaan pendekatan dakwah structural dan cultural, monitoring dan evaluasi dakwah serta penyusunan peta dakwah, untuk memperkaya informasi awal sebelum muballigh melaksanakan dakwah di tengah-tengah masyarakat dan masyarakat dunia.
Pemanfaatan teknologi modern sebagai media dakwah menjadi salah satu sarana yang paling efektif untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Teknologi modern tersebut yakni teknologi di bidang informasi dan komunikasi terutama televise dan internet. Kemajuan di bidang informasi dan telekomunikasi harus dimanfaatkan oleh aktivis dakwa dalam menyiarkan Islam, sehingga ajaran Islam dapat diterima secara signifikan oleh sasaran dakwah atau mad’u.


CACATAN AKHIR BAB IV
DR. Drs. H. Muh. Shaleh Suratmin, SH.,MHi*, Pendidikan: S3 (Doktor) Hukum Islam, S2 (Magister) Hukum Islam, S1 (Sarjana) Ushuluddin Jurusan Dakwah, S1 (Sarjana) Ilmu Hukum). Dosen Tetap Yayasan Wakaf UMI Makassar Indonesia. Jabatan: Kepala Pusat Kajian dan Dakwah Program Pascasarna Universitas Muslim Indonesia Makassar Indonesia. 
1.        Agama dakwah adalah agama yang mengharuskan kepada para pemeluknya untuk menyampaikan kebenaran agama tersebut kepada orang lain, bahkan kepada seluruh umat manusia di dunia, pembagian agama ke dalam agama dakwah dan non dakwah dikemukakan untuk pertama kali oleh Prof. Max Muller. Agama Yahudi, Brahma dan Zoroaster digolongkan ke dalam agama non dakwah, sementara agama Budha, Keristen dan Islam digolongkan sebagai agama dakwah. Lihat, W. Arnold, Thomas (1995), The Preaching Of Islam, a History of The Propagation of The Muslim Faith. Delhi: Low Price Publication. Dan lihat pula Poston Larry (1992) . Islamic Da’wah in the west: Muslim Missionary Activity and the Dinamic of Comvrtion to Islam, New York Oxfor University Press, h. 3. Demikian juga Muhammad Ali ‘Abd. Halimn (1969). Ada’wah al Islamiyah, Da’wah Alamiyah, Qairo: Majlis al A’la li Syu’un al Islamiyah, h. 34.
2.        al Faruqi, Ismail Raji and al Faruqi, Louis Lamya (1986). Hie Cultural Atlas of Islam, New York. Macmillan Publishing Company. H. 188.
3.        Departemen agama RI,  Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penerjemah Penafsir al-Qur’an, PT. Bumi Restu, 1983. h. 15.
4.        Nanih Mahenrawaty dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam, Dari Ideologis Strategis, samapai Tradisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, h. 79.
5.        Departemen agama RI,  Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penerjemah Penafsir al-Qur’an, PT. Bumi Restu, 1983. h. 79.
6.        Departemen Agama RI, op.cit.,  h. 913.
7.        Hadis Riwayat Imam Muslim dari Abi Said al-Khudri ra. dalam Shahih Muslim, No. 45 lihat juga dalam Sunan al-Tirmidzi, hadis 2173.  .
8.        Abdurrahman Al-Bagdadi, Dakwah Islam Dan Masa Depan Umat, Jakarta: Al-Izzah, 1997, h. 21.
9.       Departemen Agama RI, op.cit., h. 298.
10.  Lihat,   Kuntowijoyo,   Dinamika   Sejarah   Umat Islam  Indonesia,  Yoyakarta: Shalahuddin Press, 1985. h. 120. Dan SyahrinHarahap, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, Yoyakarta Tiara Wacana, 1999. h. 143-145.
11.  M. Azhar, Beberapa Catatan Tentang Problematika Dakwah, Yogyakarta:   Majalah Suara Aisyiah, No. 2 Pebruari, 2003M/Dzulhijjah 1423H. h. 12-13.
12.  Asep Muhyiddin, Dakwah dalam Perspektif Al Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wacana, Bandung: Pustaka Setia, 2002. h. 34.
13.   Abdul Munir Mulkham, Ideologisasi Gerakan Dakzuah, Episode   Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir, Yogyakarta:Sipress, 1996, h. 237.
14.  Asymardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, Pengamalan Islam, Jakarta: Paramadina, 1999, h. 15.
15.   Anwar Masy’ari, Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiyah, Surabaya: Bina Ilmu, 1992, h. 49.
16.  Amrullah Ahmad,   Seluk  Beluk Peta  Dakwah,  Makalah  Dalam Pelatihan, Penegelolaan Laboratorium Dakwah, di Makassar, tanggal 23-27 Juni 1997, h. 19
17.   Buku Panduan Worshop Komputasi Peta Dakwah, Yogyakarta: Laboratorium Dakwah Yayasan Shalahuddin, 1996, h. 7.


[1]Lihat Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Pendekatan Filosofis & Praktis, Widya Pajajaran , Bandung, 2009, h. 73.

[3]Lihat Imam Munawwir, op cit., h. 244.

[5]QS al-Anbiya> (21):105