C. Teori Kelahiran Pemimpin
b. Teori Sosial
Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu: [1] Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. [2] Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan [3] Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Para ahli teori kepemimpinan
telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal
ini terdapat 3 [tiga] teori yang menonjol yaitu [a] teori genetis, [b] teori
sosial, dan [c] teori ekologis[5].
a. Teori Genetik
Penganut
teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibentuk”
[Leaders are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan
menjadi pemimpin karena “keturunan” atau ia telah dilahirkan dengan “membawa
bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang
dilahirkan telah “memiliki potensi” termasuk “memiliki potensi atau bakat”
untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan faktor “dasar”. Dalam realitas,
teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan atau keturunan
raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang lahir dalam
keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
b. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat
bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan [Leaders
are made and not born]. Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama
dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau
bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor
pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan
dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”.
Pandangan penganut teori ini
bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dlatih untuk menjadi pemimpin.
Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun
dia bukan merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang pemimpin atau
seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
c. Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat
bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah
memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan, latihan,
dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang telah dimiliki.
Jadi, inti dari teori ini yaitu
seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan perpaduan antara faktor
keturunan, bakat dan lungkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman
yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan dengan baik.
Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu: [1] Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. [2] Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan [3] Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori
serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya seseorang dapat menjadi
pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan yang membentuknya, kesempatan dan
kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk menjadi pemimpin.
Menurut Ordway Tead, bahwa
timbulnya seorang pemimpin, karana : [1] Membentuk diri sendiri [self
constituded leader, self mademan, born leader] [2] Dipilih oleh golongan,
artinya ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya,
keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi. [3] Ditunjuk dari atas,
artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasannya
[Imam Mujiono, 2002: 18].
0 komentar:
Posting Komentar