PENGETAHUAN
DAN UKURAN KEBENARAN
A.
Definisi Pengetahuan
Secara
etimologi pengetahuan berasal dari kata bahasa Inggris yaitu knowledge. Dijelaskan dalam Encyclopedia of Philosophy
bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledge is justified true belief)[1]
Secara
terminologi dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan
adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.[2]
Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu.
Dalam
kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
lengsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui
(subyek) memiliki yang diketahui (obyek) di dalam dirinya sendiri sedemikian
aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri
dalam kesatuan aktif.[3]
Lebih
lanjut lagi dijelaskan bahwa
pengetahuan dalam arti luas berarti semua
kehadiran internasional obyek dalam
subyek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pikiran
belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian). Di sini subyek
sadar akan hubungan obyek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau
mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman “sadar”. Karena sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu
pribadi dapat sadar akan satu eksisten tanpa kehadiran eksisten itu di dalam
dirinya.[4]
Orang
pragmatis, terutama John Dewey tidak
membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth).
Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau
tidak benar adalah kontradiksi.[5]
1.
Jenis Pengetahuan
Beranjak
dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka
di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Buharnuddin
Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan
sering diartikan dengan good sense,
karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik. Semua orang
menyebutnya sesuatu itu merah karena memang merah, benda itu panas karena memang
dirasakan panas dan sebagainya.
Dengan common sense, sampai pada
keyakinan secara umum tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama
semuanya. Common sense dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai
untuk menyiram bunga, makanan dapat mengenyangkan rasa lapar, musim kemarau
akan mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya.[6]
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.[7]
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha
untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common science, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu
pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode
berpikir secara obyektif (obyektif
thingking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.
Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melelui observasi,
eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu obyektif dan menyampingkan unsur pribadi,
pemikiran logika diutamakan, netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu
yang bersifat kedirian (subyektif), karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan
milik manusia secara komprehensif. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang
lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu
sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.
Ketiga, pengeathuan filsafat, yakni pemikiran yang diperoleh yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu
bidang pengetahuan yang sempit dan rigid,
filsafat membahas hal yang lebih luas
dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan
kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar
kembali.
Keempat,
pengetahuan agama, yakni pengetahuan
yang hanya dipertoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama
bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran
tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan
vertical dan cara hubungan dengan
sesama manusia, yang lazim juga disebut dengan hubungan horizontal. Pengetahuan agama yang lebih penting informasi tentang
Tuhan, juga informasi tentang hari akhir (Akhirat).
Iman kepada hari akhirat merupakan ajaran pokok agama
dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya.
Menurut para pengamat, agama masih
bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup setelah mati
karenanya masih dibutuhkan.
Mengelaborasi
jenis-jenis pengetahuan yang telah dikemukakan oleh Buharnuddin Salam, maka penulis memahami bahwa
pengetahuan menurut jenisnya ada empat, yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan
ilmu, pengetahuan filsafat, pengetahuan agama.
0 komentar:
Posting Komentar