Pages

Minggu, 01 Juni 2014

Definisi Pengetahuan



PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

A.    Definisi Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata bahasa Inggris yaitu knowledge. Dijelaskan dalam Encyclopedia of Philosophy bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief)[1]
Secara terminologi dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.[2] Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara lengsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subyek) memiliki yang diketahui (obyek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.[3]
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional obyek dalam subyek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian). Di sini subyek sadar akan hubungan obyek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman “sadar”. Karena sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan satu eksisten tanpa kehadiran eksisten itu di dalam dirinya.[4]
Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.[5]

1.     Jenis Pengetahuan
Beranjak  dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Buharnuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.
Dengan common sense, sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat mengenyangkan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya.[6]
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.[7]
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common science, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif (obyektif thingking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melelui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu obyektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subyektif), karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.
Ketiga, pengeathuan filsafat, yakni pemikiran yang diperoleh yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
  Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya dipertoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertical dan cara hubungan dengan sesama manusia, yang lazim juga disebut dengan hubungan horizontal. Pengetahuan agama yang lebih penting informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang hari akhir (Akhirat). Iman kepada hari akhirat merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pengamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup setelah mati karenanya masih dibutuhkan.
  Mengelaborasi jenis-jenis pengetahuan yang telah dikemukakan oleh Buharnuddin Salam, maka penulis memahami bahwa pengetahuan menurut jenisnya ada empat, yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, pengetahuan agama.


         [1]Lihat Paul Edwards, The Encyclopedia of Philosophy, (New York: Macmillan Publishing, 1972) vol 3.
         [2]Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet. I, h. 4.
         [3]Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. 1 h. 803.
         [4]Ibid., h. 804.
         [5]Burhanuddin Salam, Logika Materiil, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. 1 h. 28.
         [6]Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta Bumi Aksara. 2000), Cet. IV, h. 6.
         [7]Burhanuddin Salam, op. cit., h. 30.

0 komentar:

Posting Komentar