MIMBAR JUMAT: PPs UMI, Edisi
ke-7, Jumat, 23 Desember 2011
DUSTA: ADALAH KUMPULAN KEMUNAFIKAN
H. Muh. Shaleh Suratmin
Ketua LPMD YW-UMI
Prof. Dr. H. Salim Basalamah, SE.,MS dalam kultumnya di majlis Dhuhur Masjid
Ali Bin Abi Thalib PPs UMI tanggal 21 Desember 2011 mengkaji tentang pentingnya
sifat siddiq (jujur) dan bahayanya sifat dusta, sekecil apa pun kedustaan itu. Ajaran
akhlak Islam yang paling fundamental adalah kejujuran dan sifat terhina menurut
Islam adalah dusta.
Diriwayatkan
dalam kitab al-Jami’ ash-Shahih Imam Bukhari, bahwa Nabi Ibrahim seumur hidup
tidak pernah dusta,.. “kecuali tiga kali”.
Pertama, ketika Nabi Ibrahim menghancurkan
sejumlah patung-patung (350) sesembahan kaumnya yang di pajang di se keliling
ka’bah,.. kecuali sebuah patung raksasa (hubal) dibiarkan utuh, lalu di leher
patung raksasa itu di kalungkan sebilah kapak yang baru saja dipakai oleh Nabi
Ibrahim untuk menghancurkan patung-patung itu. Ketika ditanya oleh serombongan
kaumnya mengapa engkau menghancurkan tuhan tuhan kami, Nabi Ibrahim berargu-mentasi
“bal fa’alahum kabiruhum hadza...”
(bukan saya) tapi Tuhanmu yang besar ini yang
marah dan menghancurkannya, lihatlah bukti hukum masih ada sebilah kapak
di lehernya (QS. 21:63).
Kedua, suatu ketika Nabi Ibrahim diundang oleh raja penguasa
untuk menghadiri seremonial upacara akbar peribadatan keberhalaan, beliau
spontan menolak hadir dan berkata “inni
saqim...” sesungguhnya saya sakit (QS.37:89).
Ketiga, ketika Nabi Ibrahim di undang
menghadap raja al-Jabbar, beliau datang menghadap bersama istrinya,.. ketika
ditanya raja,.. apakah ini istri Ibrahim? Beliau menjawab “hadza ukhti” (bukan) ini saudara perempuanku.
Ibnu Hajar
al-Asqalani dan Imam al Qurthubi, menjelaskan bahwa perkataan “bal fa’alahum kabiruhum hadza...”
jawaban ini merupakan sebuah sugesti dan jawaban mantiq kepada kaumnya agar
mengambil i’tibar atau dalil bahwa patung-patung itu bukanlah Tuhan, yang
demikian itu tidaklah pantas di puja dan disembah.
Selanjutnya
perkataan “inni saqim...”
sesungguhnya saya sakit,.. dalam hal ini Nabi Ibrahim memang tidak sakit fisik,
tetapi yang sakit hatinya menyaksikan perlakuan kaumnya menolak dakwah tauhid
menyembah Allah swt,.. dan mereka tetap berbuat kejahilan menyembah berhala.
Mengapa Nabi
Ibrahim tidak mengatakan sejujurnya kepada raja bahwa ini istriku,.. tetapi
beliau mengatakan“hadza ukhti” ini
saudara perempuanku,.. karena Nabi Ibrahim
telah mengetahui karakter raja al-Jabbar, bahwa ia akan memaksa agar Nabi
Ibrahim menceraikan istrinya untuk selanjutnya dinikahi oleh al-Jabbar, karena
menikah dengan istri orang sudah merupakan hoby yang sangat dahdyat bagi
al-Jabbar.
Nabi Ibrahim
tidak pernah dusta seumur hidup, karakter beliau dalam riwayat tersebut di atas
adalah sebuah epistemologi dakwah, dan tidak identik dengan “belle Patuo” dalam pendekatan adat.
Taushiah
sufistik Imam Hasan al-Bashri: Dusta adalah
kumpulan kemunafikan.
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^