Pages

Kamis, 28 November 2013

Lembaga Wakaf dan Pertahanan Apa NU Sulsela

LEMBAGA WAKAF DAN PERTAHANAN NAHDHATUL ULAMA WILAYAH SULAWESI SELATAN (LWPNU)


Dilantik pada hari kamis 28 November 2013 di Aula UIM al Gazali Makassar

Ketua: Dr. Drs. H. Muh. Shaleh Suratmin, SH., MHI Sekretaris: Dr. Drs. Syahruddin Yassen, MM

Potensi wakaf Indonesia

Bandung (Pinmas)—Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Prof Dr Nasaruddin Umar mengatakan, wakaf sebagai salah satu instrumen ekonomi umat Islam memiliki potensi yang besar. Bahkan potensi wakaf uang tunai bisa mencapai Rp 20 triliun pertahun.Namun potensi yang bisa menjadi soko guru perekonomian di Indonesia ini belum digarap maksimal. “Selama ini tdk mendapatkan perhatian serius dari semua pihak,“kata Nasaruddin dalam acara sinergitas Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama di Bandung, Jawa Barat, Rabu siang (27/4).Nasaruddin mengatakan, kurang maksimalnya pemberdayaan wakaf di Tanah Air karena kurang tersosialisasinya tuntunan wakaf tunai itu. Sebagian besar masyarakat yang bermadzhab Syafi`i, masih beranggapan wakaf sebatas harta tak bergerak, tanah misalnya. Padahal, di sejumlah negara telah bergerak lebih maju dengan menggarap wakaf tunai.Di mesir contohnya, wakaf uang tunai yang dikelola institusi Al Azhar bisa menutupi defisir anggaran negara akibat dampak krisis, membangkitkan perekonomian, dan memberikan beasiswa bagi pelajar-pelajar dari negara Muslim, termasuk Indonesia.” Wakaf uang tunai luar biasa manfaatnya tak terbatas,” kata dia.Karena itu, ujar Nasaruddin, pihaknya berkomitmen memberdayakan potensi itu melalu sosialisasi. Selain itu, langkah pembinaan dan sinergitas diupayakan. Utamanya untuk meningkatkan kualitas kinerja, akuntabilitas, transparansi, dan profesionalisme nadzir. Termasuk pula mengupayakan kesejahteraan nadzir yang selama ini jauh dari kata sejahtera.Padahal, kata Nasaruddin, berdasarkan amanat UU no 14 tahun 2004 Tentang Wakaf, nadzir berhak mendapatkan 10 persen dari hasil bersih pengelolaan dan pengembangan wakaf. Hal serupa juga berlaku di sejumlah negara dengan persentasi berbeda. Di Turki, Badan Pengelola memperolah 5 persen dan The Central Waqf Council India sebesar 6 persen. “Saya yakin wakaf ke depan akan lebih hebat dari sumber-sumber dana keummatan lainnya,“kata dia.Ia lebih lanjut mengatakan, Indonesia merupakan negara dalam jumlah kekayaan harta wakaf yang sangat besar. Menurut data di Kementerian Agama pada tahun 2007 jumlah tanah wakaf seluruh Indonesia 367.531 lokasi dengan luas 2.668.481 m2. “Tanah wakaf ini luasnya sama dengan 2-3 negara Singapura,” ujarnya.Sayangnya, wakaf yang jumlahnya begitu banyak baru sebagian kecil yang dimanfaatkan secara produktif. Pemanfaatan tanah wakaf yang dikelola nazhir masih bersifat konsumtif dan konvensional, demikian Nasaruddin Umar. (ks)

Senin, 25 November 2013

Miliki enam hal

Ada enam hal yang apabila dikaruniai oleh Allah Swt kepada kita, maka tidak akan terhalang bagi kita enam hal pula.
1.    Barangsiapa yang dikaruniai syukur maka tidak akan dihalangi dari penambahan nikmat. لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْSungguh jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim: 07)
2.    Barangsiapa yang dikaruniai kesabaran, maka ia tidak akan terhalang dari pahala.إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Azzumar: 10)
3.    Barangsiapa yang dikaruniai taubat, maka ia tidak akan terhalang dari pengampunan.وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنْ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambanya, dan memaafkanmu dari kesalahan dan mengetahui apa-apa yang kamu lakukan. (QS. Asy-Syura: 25)
4.    Barangsiapa yang dikaruniai istiqhfar, maka ia tidak akan terhalang dari pengampunan, اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” (QS. Nuh: 10)
5.    Barangsiapa yang dikaruniai berinfak, maka ia tidak akan terhalang dari balasan ganti.وَمَا أَنفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ“Dan apapun yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya.” (QS. Saba’: 39)
6.    barangsiapa yang dikarunia doa, maka ia tidak akan terhalang dari dikabulkan.ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ“Berdoalah kepadaKu  niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (QS. Ghofir: 60) Dari keenam hal tadi kita dapat mengetahui bahwasanya tidak ada sesuatu yang kita lakukan atau harapkan kecuali pasti Allah Swt akan membalasnya. Seperti bila kita mau bersyukur, maka Allah berikan tambahan nikmat dan karunia kepada kita, bila kita bersabar, Allah berikan kita ganjaran pahala, bila kita bertaubat, Ia bukankan pintu taubat kepada kita, bila kita beristiqhfar, maka Allah berikan pengampunan, bila kita berinfak, shadaqoh atau zakat, maka diberikan ganti yang berlipat-lipat ganti. Dan bila kita mau berdoa, memohon atau bermunajat kepada Allah Swt maka ia akan mengabulkan permohonan kita.     Allah Swt. berada didekat hambaNya yang mendekatkan diri kepada Nya. Bahkan lebih dekat dari urat leher kita sendiri. Tetapi, sebaliknya bila kita menjauh dariNya, maka Ia pun akan menjauhi kita. Oleh karena itulah, hendaknya kita selalu mengucapkan kalimat Lailaha Illallah agar bertambah iman kita. Supaya dengan bertambahnya iman, akan bertambah pula kedekatan diri kepada Allah Swt.     Ada banyak keluhan yang dirasakan oleh orang-orang yang berdoa. Mereka meminta kepada Allah, tetapi belum mendapatkan jawaban dari doanya. Sehingga akhirnya muncul rasa pesimis, bahwa Allah tidak mendengarkan keluhan dan kesusahannya. Mengapa?     Pada hakikatnya –sebagaimana ayat diatas “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan aku kabulkan”- adalah sebuah janji yang mutlak tidak mungkin diingkari oleh Allah Swt. karena sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji (QS. Ra’d: 31).Sabda Rasulallah Saw:“Tidak ada seorang muslim yang berdoa melainkan akan dikabulkan, ada kalanya disegerakan didunia, ada kalanya disimpankannya untuknya di akhirat. Dan ada kalanya digunakan untuk menghapuskan dosa-dosanya sesuai dengan kadar doa yang ia ucapkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutuskan tali persaudaraan”.Dan beliaupun bersabda:“Nanti pada hari kiamat Allah Swt akan memperlihatkan setiap doa yang dipanjatkan oleh setiap orang sewaktu di dunia yang tidak Allah kabulkan, dimana Allah berfirman: Hambaku, pada suatu hari kamu memanjatkan doa kepadaku, namun Aku tahan doamu itu, maka inilah pahala sebagai pengganti doamu itu”. Orang yang berdoa itu terus menerus diberi pahala sehingga ia berharap kiranya semua doanya itu hanya dibalas di akhirat saja dan tidak diberikan di dunia”.    Dari kedua hadist diatas, kita akan mengerti bahwa tidak semua apa-apa yang kita minta (doa) kepada Allah, tidak selalu baik untuk dikabulkan di dunia. Tetapi boleh jadi akan lebih baik bila diterima di akhirat kelak. Dan pada saat kita berdoa memohon kepada Allah, pada hakikatnya kita berada pada posisi dekat kepada Allah, sehingga walau tak dikabulkan di dunia, malah menjadi pahala penghapus dosa-dosa lalu. Lalu mengapa kita tidak berdoa? Berdoa adalah ibadah. Bahkan dikatakan sebagai ruhnya ibadah. Orang yang hidupnya tidak dilewati dengan berdoa maka ia adalah makhluk yang sombong. Padahal perilaku sombong adalah termasuk bagian sifat penghuni jahanam. Sabda Rasulallah Saw: الدعاء هو العبادة ثم قرأ قوله تعالى وقال ربكم ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَDoa itu adalah ibadah. Kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala (yang artinya): “Dan Tuhanmu berfirman: “berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina”Abu Dzar al-Ghifari berkata: Doa itu melengkapi amal kebajikan sebagaimana garam melengkapi makanan. Seseorang yang berdoa hendaknya jangan tergesa-gesa, karena sesungguhnya orang yang berdoa kepada Allah niscaya akan dikabulkan segera atau lambat. Kadang kala permohonannya dikabulkan seketika, kadangkala dikabulkan pada waktu yang agak lama, kadang kala tidak dikabulkan di dunia dan nanti akan diganti dengan pahala di akhirat.     Setiap kita hendaknya selalu memposisikan diri sebagai hamba Allah yang berdoa, menangis di keheningan malam, memohon ampunan atas segala dosa di masa lalu. Memohon limpahan kemudahan hidup serta diselamatkan kelak dari api neraka.     Manusia yang merasa telah cukup puas dengan apa yang didapatkan didunia sehingga tidak mau berdoa adalah termasuk manusia yang merugi karena kesombongannya di hadapan Allah Swt.    Para nabi dan rasulpun selalu menengadahkan tangan memohon dan berdoa kepada Allah Swt siang dan malam tanpa lelah. Mereka yang telah dijamin kebahagiaan di akhirat kelak masih mau meminta pertolongan Allah. Sedang kita yang belum tahu di mana tempat akhir persinggahan masih melalaikan fasilitas doa yang telah disedia di dunia.         Sebagai suri tauladan kita dapat temukan beberapa kisah para nabi dan rasul yang berdoa untuk mendapatkan hajat dan keinginan mereka. Seperti: 1.    Nabi Adam As bapak para manusia memohon ampunan karena telah mendzalimi dirinya memakan buah khuldi di surga. Saat diturunkan didunia, setiap hamparan tanah tak terlepas dari tetesan air mata penyesalan beliau. Doa beliau: رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raf: 23)2.    Nabi Ibrahim As bapak para nabi mendoakan tanah suci makkah sebagai tanah yang diberkati oleh Allah, sehingga walau pun terdiri dari tanah yang tandus dan berbatuan, tetapi selalu dilimpahi rahmat dari berbagai buah-buah.رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنْ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (Albaqoroh: 126)3.    Nabi Musa as, nabi yang telah menyelamatkan bani Israil dari kukungan Firaun di mesir, pada saat beliau mendapat kesusahan untuk berdakwah karena cacat pada lidahnya, maka ia berdoa: رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي، يَفْقَهُوا قَوْلِي"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (QS. Thoha: 25-28)4. Nabi Sulaiman As, seorang yang mendapat kenikmatan dunia yang luar biasa, yang memiliki kekuasaan atas jin, manusia, binatang, angin dan air masih mampu mengucapkan doa. رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ."Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS. An-Naml: 19) Masih banyak doa-doa yang diucapkan para nabi dalam al-Quran, yang tentunya bila kita mau mentadaburi nya kita akan menjadi malu. Alangkah sombongnya kita, alangkah angkuhnya kita, alangkah malangnya diri kita yang telah menyia-nyiakan waktu dan umur kita dari perbuatan doa kepada Allah sedang para Nabi pun berdoa.   Berdoalah, agar kita selamat di dunia dan akhirat

Doa yang tertolak

Sebab-Sebab Ditolaknya Doa

Allah Ta’ala berfirman:ادعوني أستجب لكم“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”(QS. Ghafir: 60)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيبُ دعوة الداعِ إذا دعان“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa doa adalah amalan yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan amalan yang sangat dianjurkan. Dan ini menunjukkan bahwa doa itu adalah ibadah dan amalan yang dicintai oleh Allah Ta’ala. Karenanya telah shahih dalam hadits An-Nu’man bin Basyir radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ“

Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Daud no. 1264, At-Tirmizi no. 2895, dan Ibnu Majah no. 3818)Dan dalam hadits Abu Dzar radhiallahu anhu: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi:يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ“Hai hamba-hambaKu, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas dataran yang sama, lalu mereka semua memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuhi permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti air yang melekat pada jarum jika dia dimasukkan ke dalam lautan.”(HR. Muslim no. 4674)Dalam surah Al-Baqarah di atas, Allah Ta’ala telah berjanji bahwa Dia pasti akan mengambulkan setiap doa hamba-Nya, dan Dia tidak akan menyelisihi janjinya. Hanya saja, pengabulan ini mempunyai syarat dan ketentuan dan cara pengabulannya pun berbeda-beda.

Semua ini dijelaskan dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا“Tidaklah seorang muslim yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak untuk memutus tali kekeluargaan, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan: Doanya akan segera dikabulkan, atau akan ditunda sampai di akhirat, atau ia akan dijauhkan dari keburukan yang semisal.” (HR. Ahmad no. 10709)Di antara adab terbesar dalam berdoa adalah menengadahkan kedua tangan ke atas. Dari Salman Al-Farisi radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَسْتَحِي أَنْ يَبْسُطَ الْعَبْدُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ يَسْأَلُهُ خَيْرًا فَيَرُدَّهُمَا خَائِبَتَيْنِ“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla malu jika seorang hamba membentangan kedua tangannya kepada-Nya seraya meminta kebaikan, lalu ditolaknya dengan sia-sia.” (HR. Ahmad no. 22600)

Dalam hadits Abu Said di atas, Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebutkan dua sebab tertolaknya doa yaitu: Doanya mengandung maksiat dan doanya untuk memutuskan silaturahmi. Sebab lain tertolaknya doa adalah mengonsumsi makanan dan minuman yang haram, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ: { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ }. وَقَالَ: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ }ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul.

Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.’”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1686)

Sebab yang lain dari tertolaknya doa adalah jika orang yang berdoa tergesa-gesa ingin melihat doanya dikabulkan atau dia berputus asa dalam berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ“Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa.” Seorang sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan; ‘Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan’. Setelah itu, ia merasa putus asa dan berhenti berdoa.” (HR. Muslim no. 4918)

Orang yang berdoa juga harus mempunyai keyakinan yang mantap dalam berdoa bahwa doanya akan dikabulkan. Kapan dia tidak yakin maka itu akan menjadi sebab tertolaknya doa tersebut.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلَا يَقُلْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ وَلَكِنْ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ وَلْيُعَظِّمْ الرَّغْبَةَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ أَعْطَاهُ“Jika salah seorang dari kalian berdoa maka janganlah sekali-kali ia berkata; ‘Ya Allah ampunilah aku jika Engkau kehendaki, ‘ akan tetapi hendaklah ia serius dalam meminta dan membesarkan harapannya (akan dikabulkan), karena bagi Allah Azza wa Jalla tidak ada sesuatu yang bagi-Nya merasa kewalahan untuk memberikannya.” (HR. Muslim no. 4838)

Di antara adab-adab lain dalam berdoa adalah:

1.    Bersuci sebelumnya.
2.    Memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam sebelum berdoa.
3.    Menyesali semua dosa yang telah dilakukan.
4.    Berdoa pada waktu dan tempat yang mustajabah. Di antara waktu mustajabah adalah: Sepertiga malam terakhir setiap malam, antara adzan dan iqamah, ketika sujud baik di dalam maupun di luar shalat, dan setelah ashar pada hari jumat menurut pendapat sebagian ulama.
5.    Khusyu’ dalam berdoa.
6.    Berbaik sangka kepada Allah bahwa doanya pasti dikabulkan.
7.    Menghadap kiblat ketika berdoa.
8.    Bersedekah sebelum berdoa, karena sedekah termasuk sebab terbesar dikabulkannya doa.
9.    Berdoa dengan doa-doa yang Nabi shallallahu alaihi wasallam telah ajarkan dalam hadits-hadits yang shahih.

Doa dalam sujud


Banyak kita jumpai dari kalangan kaum muslimin, hanya karena ingin terkabul doanya, mencari dan mendatangi tempat-tempat keramat yang terkadang untuk menuju tempat tersebut dibutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Padahal syariat telah mengajarkan tempat berdoa yang sah dan jauh lebih mudah ditempuh.

Dalam hal ini kita perlu mencermati makna hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbunyi :"Hubungan terdekat antara seorang hamba dengan Pencipta-Nya ialah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa pada (saat itu)." (HR. Muslim, dari Abu Hurairahradliyallahu 'anhu)

Pada riwayat lain dari Ibnu Abbas radliyallhu 'anhu, katanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Adapun saat sujud, hendaklah kamu berdoa dengan sungguh-sungguh sebab ada jaminan untuk dikabulkan." (HR. Muslim)

Maksud sujud dalam hadist di atas adalah sujud ketika berlangsungnya shalat, baik shalat wajib ataupun sunnah. (lihat Syarah Shahih Muslim, Nawawi, 2/206)

Stebaik-baik doa adalah doa yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallamtuntunkan pada kita. Beliau saat sujud membaca :"Subhaana robbiyal a'laa. (Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi)." (HR. Muslim)"

Subhaanakallahumma wa bihamdika. Allahummaghfirlii. (Maha Suci Engkau Ya Allah Rabb kami dan segala puji bagi-Mu. Maka ampunilah aku)." (HR. Bukhari 1/99 dan Muslim 1/350)"Subbuuhun qudduusun rabbul malaaikati warruuhi. (Maha Suci dan Maha Bersih Rabb Malaikat-Malaikat dan Rabb Jibril)." (HR. Muslim 353 dan Abu Dawud 1/230)"

Subhaanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta. (Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan memuji bahwa tiada tuhan yang pantas disembah selain Engkau)." (HR. Muslim, 485)"

Allahumma innii a'udzubiridlaaka min sakhathika, wa bimu'aafaatika min 'uquubatika, wa a'uudzubika minka, laa uhshii tsanaa'an 'alaika anta kama atsnaita 'ala nafsika. (Ya Allah, sungguh aku berlindung dengan keridlaan-Mu dan kemarahan-Mu, dengan pemaafan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung dengan-Mu dari marah-Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian atas-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri)." (HR. Muslim no. 485 dan Nasa'i 2/222)"

Allahummalaka sajadtu wabika aamantu walaka aslamtu sajada wajhiya lilladzii khalaqahu wa shawwarahu wa syaqqa sam'ahu wa basharahu tabaarakallahu ahsanu. (Ya Allah, aku sujud demi Engkau. Aku beriman dengan-Mu. Aku serahkan diriku pada-Mu. Wajahku sujud demi yang menciptakan dan membentuknya serta yang menumbuhkan pendengaran dan penglihatannya. Maka berkah Allah sebaik-baik zat pencipta)." (HR. Muslim)"

Allahummaghfirlii dzanbii kullahu diqqahu wa jullahu wa awwalahu wa aakhirahu wa 'alaaniyatahu wa sirrahu. (Ya Allah, ampunilah semua dosaku, dosa yang kecil dan yang besar, yang pertama maupun yang terakhir dan yang nampak maupun yang samar)." (HR. Muslim no. 483)"

Allahummaghfirlii khathiiatii wa jahlii wa israafii fii amrii, wa maa anta a'lamubihi minnii. Allahummaghfirlii jiddii wa hazalii wa khathaii wa 'amadii, wa kullu dzalika 'indii. Allahummaghfirlii maa qaddamtu wa maa akhkhirtu wa maa asrartu wa maa a'lantu, anta ilahii laa ilaha illa anta. (Ya Allah, ampunilah semua kesalahanku, kebodohanku dan kelancanganku serta dosa-dosa yang Engkau lebih mengetahui dariku. Ya Allah, ampunilah kesengajaanku yang semua itu dariku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa yang telah lewat maupun yang akan datang, yang aku sembunyikan dan yang aku nampakkan Engkau sesembahanku. Tiada tuhan yang pantas disembah kecuali Engkau)." (HR. Bukhari 11/166 dan 167 serta Muslim2719)"

Allahummaj'al fii qalbii nuuran wa fii sam'ii nuuran, wa fii basharii nuuran, waj'al 'anyamiinii nuuran, wa 'an syimaalii nuuran, waj'al fii amaamii nuuran, wa min khalqii nuuran waj'al min fauqii nuuran wa min tahtii nuuran. Allahumma a'thiniinuuran. (Ya Allah, berikanlah cahaya dalam hatiku, pendengaranku, penglihatanku. Berikanlah samping kanan, samping kiri, depan, belakang, atas dan bawah cahaya bagiku, dan berikanlah aku cahaya)." (HR. Muslim no. 479)"Subhaanadzil jabaruubi wal malakuuti wal kibriyaai wal 'adzamati. (Maha Suci Zat yang memiliki kekuasaan dan kerajaan, kesombongan dan keagungan)." (HR. Abu Dawud 1/230, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud, 1/166)Hendaklah seseorang bersungguh-sungguh berdoa kepada Allah ketika ia sujud. Akan tetapi menurut keterangan Ibnu Qayyim Al-Jauziah dalam karya besarnyaZadul Ma'ad, apakah perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk bersungguh-sungguh dalam sujud dapat diartikan memperbanyak doa dalam sujud atau jika seseorang mau berdoa hendaklah berdoa ketika ia sujud.Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, dua hal ini mempunyai perbedaan.

Sebab ada dua pengertian doa.Pertama, doa yang bersifat pujian dan doa yang bersifat permintaan (masalah). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sujudnya memperbanyak doa tersebut baik yang bersifat pujian ataupun permintaan. Dan doa-doa tersebut di atas mencakup dua jenis doa.

Dikabulkannya doa juga ada dua jenis yaitu dikabulkannyae doa orang yang meminta dengan suatu pemberian dan dikabulkannya doa orang yang memuji dengan diberi pahala. Agaknya inilah tafsir ayat berikut (yang artinya) :"Aku mengabulkan doa orang yang berdoa jika ia berdoa pada-Ku." (Q.S. Al-Baqarah : 187),yakni Allah mengabulkan dua jenis doa tersebut di atas; demikian menurut pendapat yang benar. (lihat Zadul Ma'ad, 1/235)

Jadi itulah doa-doa yang biasa diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallamketika sujud dalam shalat. Namun kebanyakan kaum muslimin salah memahami hadits yang memerintahkan banyak sujud dan doa. Maka kita banyak melihat di antara mereka sujud lalu berdoa setelah melakukan shalat dan wirid-wirid. Ini adalah suatu kesalahan yang perlu diluruskan. Di saat mereka bersungguh-sungguh dalam mengamalkan sunnah ternyata salah tata cara pengamalannya.La hau la wala quwwata illa billah.Wallahu a'lam bish-shawab.

Minggu, 24 November 2013

Kata-kata Imam Al Ghazali

Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa saya sendiri, yang kadang-kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya. (Imam Al Ghazali)

Jumat, 08 November 2013

Keagungan Ibn Qayyim

Ulasan Tentang Keagungan Ibn Qayyim Siapa yang tidak kenal dengan Imam Ibnul Qayyim al –Jauziyyah. Karya-karyanya banyak menyentuh qolbu dan akhlak manusia. Ulama ini memiliki nama lengkap Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad ibnu Abi Bakr Ibn Ayyud Ibn Sa’d ibn Jarir Ibn Makki Zainuddin az-zar’I ad- Dimasqi al Hambali. Beliau dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 Hijriah di kota Damaskus, Suriah. Imam Sunni ini adalah Cendikiawan Muslim yang bermadzhab Hambali dan ahli diberbagai bidang ilmu diantaranya; ahli fiqih, ahli tafsir, penghafal al-quran, ahli ilmu nahwu, ahli ilmu ushul,ilmu kalam,dan sekaligus seorang mujtahid. Ibnu Qoyyim Al- Jauziyah adalah ahli fiqih yang hidup pada abab ke-13. Dalam perkembangan ilmu yang dimilikinya ada beberapa guru yang mempengaruhi pemikiran Ibnu Qoyyim Al- Jauziyyah diantaranya; Ibnu Abd ad-Daim al Maqdisi, Ibnu Taimiyah, Badr Ibnu Jama’ah al Kinnani asy-Syafi’I dan Al Muzzi penulis kitab Tahzib al Kamal, dari guru-gurunya tersebut yang paling berpengaruh terhadap Ibnu Qoyyim adalah Ibnu Taimiyah. Pandangan ulama terhadap Ibnu Qayyim, terutarama Ibnu Katsir menyatakan bahwa Ibnul Qoyyim adalah orang yang banyak mendengar hadist, sibuk dengan ilmu, dan menguasai berbagai macam ilmu, khususnya tafsir hadist dan ilmu ushul. Sementara pada kesempatan lain, Ibnu Hajar berpendapat bahwa Ibnul Qoyyim adalah sosok pemberani, luas ilmu, banyak mengetahui perbedaan pendapat dan madzhab salaf. Lalu, Asy-Syaukani menambahkan bahwa Ibnul Qoyyim adalah ulama yang sangat menguasai berbagai macam ilmu, unggul dalam pengetahuan, sangat terkenal, dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang mahzab salaf. Dengan banyaknya ilmu yang dimiliki oleh Ibnul Qoyyim sehingga beliaupun ikut andil melahirkan ulama-ulama terkemuka dan memiliki kedudukan istimewa yang menjadi murid-muridnya diantaranya adalah; al Hafiz Imaduddin Ibnu katsir, Al Hafizt Abdurrrahman Abu Al Faraj Ibnu Rajab al Hanbali, dan Ibnu Abd al-Huda penulis kitab ash –Sharim al Manki fi ar-Radd ‘ala as-Subki. Sepanjang hidup beliau, ulama berbagai bidang ilmu ini telah melahirkan sekitar 98 kitab diantaranya adalah; Ahkam Ahl adz-Dzimmah, Bada’I al-Fawa’id. Tuhfah al- Maudud fi Ahkam al-Maulud, ath –Thibb an- Nabawi, Miftah –Dar as-Sa’adah, wa Mansyur Wilayah Ahl al-Ilm wa al-iradah, Hidayah al- hayara fi Ajwibah al-Yahud wa an Nashara, Madarijus Salikin, Raudatul Muhibbin, dan lainnya. Cendikiawan Muslim ini terkenal sebagai reformis pemikiran Islam, menguasai ilmu-ilmu agama dan juga ilmu lainnya seperti ilmu filsafat, kimia, dan astronomi. Hampir seluruh karya-karya Ibnul Qoyyim berbicara tentang akhlak, dan penyucian jiwa. Oleh karena itu, tak heran jika ulama ini disebut sebagai spesialis penyakit hati ( The scholar of the heart). Beberapa kalangan juga memandang beliau sebagai kritikus tasawuf, namun sikap kritis tersebut diberikan untuk ditujukan untuk memperlihatkan ajaran dan praktik tasawuf yang menyimpang dari Al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw. Beliau senantiasa mengingatkan kaum muslimin agar berhati-hati terhadap khurafat kaum sufi, logika kaum filosof, dan zuhudnya orang-orang Hindu yang tercelup dalam pemikiran (fikrah) Islamiyah. Manhaj dan Hadaf Ibnul Qoyyim rahimullah adalah bersumber pada dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh pendapat-pendapat Ahlul Ahwa’ ral bid’a (ahli Bid’ah) serta jauh dari tipudaya orang-orang yang suka mempermainkan agama Allah. Ibnul Qoyyim mengajak kaum muslimin kembali kepada mahzab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Merekalah yang dikatakan sebagai ulama waratun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnu Qoyyim juga mengkritik bathilnya madzhab taqlid. Meskipun beliau adalah pengikut madzhab Hambali, namun beliau sering keluar dari pendapat Hanabilah ,dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian dan telaah mendalam tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyur. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah telah wafat pada tahun 751 Hijriah di Damaskus. Ia dishalatkan di Mesjid Jami' Al-Um dan Masjid Jami' Jarrah; kemudian dimakamkan di Pekuburan Babush Shagir. Meskipun beliau telah wafat, ia telah banyak meninggalkan warisan intelektual berupa buku dan tulisan-tulisan fenomenal yang dapat dijadikan rujukan dan acuan dalam mewarnai arus pemikiran keagamaan dunia Islam saat ini. (Elvira Suryani/Wasathon.com Referensi Tulisan:m Raudhatul Muhibbin, Ibnul Qoyyim Al- Jauziyyah Wikipedia.org *Penerbit Pustaka Al-Kautsar telah menerbitkan beberapa karya beliau diantaranya adalah buku ROH, 

Jumat, 01 November 2013

Pengembangan Wakaf Prof Nasaruddin Umar

Bandung (Pinmas)—Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Prof Dr Nasaruddin Umar mengatakan, wakaf sebagai salah satu instrumen ekonomi umat Islam memiliki potensi yang besar. Bahkan potensi wakaf uang tunai bisa mencapai Rp 20 triliun pertahun.Namun potensi yang bisa menjadi soko guru perekonomian di Indonesia ini belum digarap maksimal. “Selama ini tdk mendapatkan perhatian serius dari semua pihak,“kata Nasaruddin dalam acara sinergitas Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama di Bandung, Jawa Barat, Rabu siang (27/4).Nasaruddin mengatakan, kurang maksimalnya pemberdayaan wakaf di Tanah Air karena kurang tersosialisasinya tuntunan wakaf tunai itu. Sebagian besar masyarakat yang bermadzhab Syafi`i, masih beranggapan wakaf sebatas harta tak bergerak, tanah misalnya. Padahal, di sejumlah negara telah bergerak lebih maju dengan menggarap wakaf tunai.Di mesir contohnya, wakaf uang tunai yang dikelola institusi Al Azhar bisa menutupi defisir anggaran negara akibat dampak krisis, membangkitkan perekonomian, dan memberikan beasiswa bagi pelajar-pelajar dari negara Muslim, termasuk Indonesia.” Wakaf uang tunai luar biasa manfaatnya tak terbatas,” kata dia.Karena itu, ujar Nasaruddin, pihaknya berkomitmen memberdayakan potensi itu melalu sosialisasi. Selain itu, langkah pembinaan dan sinergitas diupayakan. Utamanya untuk meningkatkan kualitas kinerja, akuntabilitas, transparansi, dan profesionalisme nadzir. Termasuk pula mengupayakan kesejahteraan nadzir yang selama ini jauh dari kata sejahtera.Padahal, kata Nasaruddin, berdasarkan amanat UU no 14 tahun 2004 Tentang Wakaf, nadzir berhak mendapatkan 10 persen dari hasil bersih pengelolaan dan pengembangan wakaf. Hal serupa juga berlaku di sejumlah negara dengan persentasi berbeda. Di Turki, Badan Pengelola memperolah 5 persen dan The Central Waqf Council India sebesar 6 persen. “Saya yakin wakaf ke depan akan lebih hebat dari sumber-sumber dana keummatan lainnya,“kata dia.Ia lebih lanjut mengatakan, Indonesia merupakan negara dalam jumlah kekayaan harta wakaf yang sangat besar. Menurut data di Kementerian Agama pada tahun 2007 jumlah tanah wakaf seluruh Indonesia 367.531 lokasi dengan luas 2.668.481 m2. “Tanah wakaf ini luasnya sama dengan 2-3 negara Singapura,” ujarnya.Sayangnya, wakaf yang jumlahnya begitu banyak baru sebagian kecil yang dimanfaatkan secara produktif. Pemanfaatan tanah wakaf yang dikelola nazhir masih bersifat konsumtif dan konvensional, demikian Nasaruddin Umar. (ks)

Wakaf Tunai Solusi Peminim Kemiskinan


Wakaf tunai Sesungguhnya jika ditelaah, wakaf tunai pada hakikatnya bukan merupakan instrumen baru. ‎Praktik wakaf tunai telah dikenal lama dalam sejarah Islam. Sebagaimana dikutip KH Didin ‎Hafidhuddin, Imam Az Zuhri (wafat tahun 124 H) memberikan fatwa yang membolehkan wakaf ‎diberikan dalam bentuk uang, yang saat itu berupa dinar dan dirham, untuk pembangunan ‎sarana dakwah, sosial dan pembangunan umat. Kemudian, istilah wakaf tunai tersebut kembali ‎dipopulerkan oleh MA Mannan, seorang pakar ekonomi syariah asal Bangladesh, melalui ‎pendirian Social Investment Bank (SIB), bank yang berfungsi mengelola dana wakaf. ‎Sebenarnya, wakaf tunai itu pada dasarnya bertujuan menghimpun dana abadi yang bersumber ‎dari umat, yang kemudian dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kepentingan dakwah dan ‎masyarakat. Selama ini, masyarakat hanya mengenal wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan. ‎Sedangkan wakaf dalam bentuk uang belum tersosialisasi dengan baik. ‎Padahal, wakaf tunai ini memberi kesempatan kepada setiap orang untuk bersadaqah jariyah ‎dan mendapat pahala yang tidak terputus tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah atau ‎saudagar kaya. Orang bisa berwakaf hanya dengan membeli selembar sertifikat wakaf tunai yang ‎diterbitkan oleh institusi pengelola wakaf (nadzir). Hal tersebut berbeda dengan zakat, di mana ‎untuk menjadi muzakki, seseorang harus memenuhi sejumlah persyaratan yang di antaranya ‎adalah hartanya harus melebihi nishab.‎Dana wakaf yang terkumpul ini selanjutnya dapat digulirkan dan diinvestasikan oleh nadzir ke ‎dalam berbagai sektor usaha yang halal dan produktif, sehingga keuntungannya dapat ‎dimanfaatkan untuk pembangunan umat dan bangsa secara keseluruhan. Bisa dibayangkan, jika ‎‎20 juta umat Islam Indonesia mau mengumpulkan wakaf tunai senilai Rp 100 ribu setiap bulan, ‎maka dana yang terkumpul berjumlah Rp 24 triliun setiap tahun. Jika 50 juta orang yang ‎berwakaf, maka setiap tahun akan terkumpul dana wakaf sebesar Rp 60 triliun. Sungguh suatu ‎potensi yang luar biasa.‎Fakta pun telah menunjukkan bahwa banyak lembaga yang bisa bertahan dengan ‎memanfaatkan dana wakaf, dan bahkan memberikan kontribusi yang signifikan. Sebagai contoh ‎adalah Universitas Al Azhar Mesir, PP Modern Gontor, Islamic Relief (sebuah organisasi ‎pengelola dana wakaf tunai yang berpusat di Inggris), dan sebagainya.‎Islamic Relief mampu mengumpulkan wakaf tunai setiap tahun tidak kurang dari 30 juta ‎poundsterling, atau hampir Rp 600 miliar, dengan menerbitkan sertifikat wakaf tunai senilai 890 ‎poundsterling per lembar. Dana wakaf tunai tersebut kemudian dikelola secara amanah dan ‎profesional, dan disalurkan kepada lebih dari 5 juta orang yang berada di 25 negara. Bahkan di ‎Bosnia, wakaf tunai yang disalurkan Islamic Relief mampu menciptakan lapangan kerja bagi lebih ‎dari 7.000 orang melalui program Income Generation Waqf. ‎Melihat potensinya yang luar biasa, pemerintah hendaknya mulai memikirkan secara serius ‎upaya untuk menggali potensi wakaf tunai ini. Kita beruntung bahwa Indonesia telah memiliki UU ‎No 41/2004 tentang Wakaf. Namun demikian, hal tersebut belumlah cukup, apalagi Badan Wakaf ‎Indonesia (BWI) sebagai amanat UU tersebut belum juga terbentuk. ‎Ada tiga langkah yang mendesak untuk dilakukan. Pertama, hendaknya kampanye dan ‎sosialisasi wakaf tunai lebih ditingkatkan. Kedua, segera membentuk dan memperkuat struktur ‎BWI sebagai lembaga nadzir negara. Ketiga, mendorong bank syariah dan lembaga keuangan ‎syariah lainnya untuk mengintensifkan gerakan wakaf tunai sebagai gerakan pengentasan ‎kemiskinan nasional.‎